Rabu, 19 Desember 2012

Unfinished Puzzle



Still there's many question
from the pieces of unfinished puzzle
of the past ...

I try to find out
the answers ...
and try to arrange it into a perfect
and complete picture ...
A picture that will tells me
that all my doubts are wrong ...
A picture that will show me
a different kind of image,
from what I've trying to paint in my mind with 
jealousy ...

When i try to find out it all,
it hurts me more ...
Because those pieces 
bring another pieces,
that confuse me ...
and makes me willing to ask
another questions
And the more I get the answer
the more I hurt my self ...

So I just standing here,
from a distance,
and still look at those pieces
of unfinished puzzle
without an courage to quetioned it.

Selasa, 18 Desember 2012

Selamat Pagi Luka


Selamat pagi Luka ...

Pagi ini hadirmu kembali kurasa
Dengan rasa sakit yang sama,
yang telah kukenal dan tak asing rasanya
Pagi yang seharusnya ingin kumulai dengan tawa
Pagi yang ingin kumulai dengan menggoreskan warna indah
Pagi yang ingin kumulai sebagai hari yang baru

Selamat pagi Luka ...

Kenapa bayangan mampu menghadirkanmu kembali?
Kenapa kata demi kata hanya membuatmu semakin menganga
Kata demi kata yang kuharap dapat membantuku,
membalutmu, menyebuhkanmu, mengeringkanmu, dan membuatmu lenyap.

Selamat pagi Luka ...

Kumohon jangan lagi datang menyapa
Aku ingin meningggalkanmu untuk selamanya
Aku ingin melangkah tanpa keraguan
Aku ingin melupakan rasa sakit karenamu

Selamat pagi Luka ...

Maaf karena aku tak mampu membalutmu
Maaf karena aku tak mampu membuatmu berhenti berdarah
Maaf karena aku tak mampu membuatmu kering
Maaf karena kau tak mampu membuatmu lenyap

Aku tak mampu,
bukan aku tak mau ...

Pagi ini, aku hanya merasa lelah ...
Lelah karena rasa sakit yang berulang muncul,
tanpa pernah aku duga
Lelah karena sesaat aku merasa sangat bahagia,
dan tiba-tiba kau hadir kembali karena bayangan yang sama
Bayangan yang harusnya tertinggal jauh dibelakang
Bayangan yang bermunculan tanpa diundang
Bayangan yang seolah siap merobek lembaran baruku
Bayangan yang muncul karena kesalahanku
Bayangan yang aku benci

Selamat pagi Luka ....

Pagi ini kau membawa air mata,
yang terus mengalir tanpa mampu aku hentikan
Pagi ini kamu membawa lara,
yang menggores perih jauh dalam hati

Selamat pagi Luka ...

Sungguh disayangkan aku kembali harus menyapamu, pagi ini ...

Senin, 17 Desember 2012

Ratu Tanpa Mahkota



Setiap wanita ingin menjadi Ratu, begitu pula aku.
Karena, di setiap kerajaan, hanya ada satu Ratu.
Satu, dan tak tergantikan ...
Satu, dan untuk selamanya ...
Satu, dan yang paling utama ...

Ratu, adalah simbol egoisme wanita
Simbol bagi segala keinginannya.
Keinginan untuk menjadi satu-satunya ...
Keinginan untuk menjadi segalanya ...
Keinginan untuk dipuja ...
Keinginan untuk dimanja ...
Keinginan yang ingin dimengerti, tanpa harus terucap.
Keinginan dalam hati, bukan suara di bibirnya ...
Keinginan, di antara berjuta keinginan.

Aku adalah seorang Ratu ..
Yang berjalan penuh tawa di kebun bunga
Yang menari riang di jalan yang penuh warna
Yang selalu menjadi yang utama dan satu-satunya
Yang selalu aman terlindung dari segala luka
Yang tak pernah kurang akan siraman cinta
Yang hanya tahu, bahwa tugasku hanyalah satu :
selalu merasa bahagia ...

Aku adalah seorang Ratu, yang berjalan tanpa mahkota

Dulu, itu bukan masalah
Karena, dengan atau tanpa mahkota,
aku tetaplah seorang Ratu.
Atau, setidaknya begitulah dulu aku merasa dan menerimanya.
Dulu ....
Sebelum aku tahu, bahwa di belakangku,
ada banyak Ratu.
Entah yang sudah berhenti berjalan, atau yang masih mengikuti.
Mengikuti dari jauh, atau mengikuti dan semakin mendekat.

Ratu-ratu di belakangku ...
Yang juga merasakan hal sama ...
Yang juga diperlakukan sama ...
Yang juga dicintai dengan cara yang sama ...
Ratu-Ratu dibelakangku mungkin mendapatkan yang sama,
mungkin mendapatkan yang lebih dariku.
Ratu-Ratu di belakangku,
masing-masing megenakan mahkotanya.

Aku tidak pernah bisa menghalau Ratu-Ratu di belakangku,
untuk tidak mengikuti jalanku.
Aku juga tidak pernah bisa mencegah kepalaku untuk tidak menengok ke belakang,
saat para Ratu itu bernyanyi atau menari.
Aku menengok ke belakang,
dengan pandangan mata yang mendamba,
ingin merasakan apa yang sudah dan pernah mereka punya:
mengenakan mahkota.

Aku seorang Ratu, hanya saja jalanku berbeda ...
Aku seorang Ratu, yang tidak sempurna ...
Atau mungkin karena itulah, aku tidak mengenakan mahkota?
Atau mungkin aku belum layak menyebut diriku Ratu?
Atau  mungkin selama ini, akulah yang mengangkat diriku sendiri, menjadi Ratu?
Karena semua orang tahu, Ratu selalu mengenakan mahkota.

Jangan jadikan aku Ratu, jika pernah ada banyak Ratu lainnya ...
Jangan jadikan aku Ratu, jika memang belum saatnya ...
Jangan jadikan aku Ratu ....
Karena aku tak ingin menjadi Ratu Tanpa Mahkota.







Jumat, 14 Desember 2012

Mawar Tanpa Duri



Friend, Lover and Sister ...
Itu yang kau katakan melalui 23 kuntum mawar segar, tanpa duri
yang aku dapatkan pagi ini yang langsung menghangatkan hariku.
Dan seketika, senyum menghiasi bibirku. 
Selalu ingin dapat menjadi semua itu bagimu ...
Mewarnai hari-harimu ...
Melengkapi hidupmu ...
Sama,
seperti yang kau lakukan padaku.
 Pagi ini kau kirimkan mawar tanpa duri

Mawar ....
Teringat kembali pembahasan kita mengenai mawar
Pernah kau katakan, kau ingin aku menjadi mawar
Indah dan mempesona tapi berduri,
yang mampu melukai siapa saja yang ingin menyentuhku.
Siapa saja, kecuali dirimu ...
Bagimu ...
Aku akan selalu menjadi mawar tanpa duri
Yang selalu membagikan keindahan bagi hidupmu
Menceriakan hari-harimu
Tanpa pernah melukaimu

Bahagia ... 
Terharu ...
Merasa sangat beruntung memilikimu ...

"Loved you once, love you still 
always have and always will ..."
Itu yang kau tuliskan menyertai bungamu
Dan aku tahu, aku dapat mempercayaimu,
karena kau adalah separuh dari hatiku.

Terima kasih telah mengirimkan Mawar Tanpa Duri
Yang akan selalu mengingatkanku,
agar selalu menjadi indah hanya bagimu ...
tanpa pernah menyakiti dan melukai ...
saat kau merengkuhku.

Aku mencintaimu,
dan bukan hanya kau pikir aku mencintaimu.

141212

Kamis, 13 Desember 2012

Setiap Wanita Menyukai Bunga






Setiap wanita menyukai bunga....
Aku wanita,
dan aku juga menyukai bunga.

Perasaan saat menerimanya ...
Perasaan saat mataku memandang warnanya ...
Perasaan saat kucium wanginya ...
Membuatku menyukai bunga.

Aku menyukai bunga ...
Dan mungkin kau tak pernah tahu itu.
Atau mungkin kau tahu, dan kau hanya tak mau mengirimkannya,
apapun alasanmu ...
Bagiku, itu tidak menjadi masalah karena aku mencintaimu, 
lebih daripada aku menyukai bunga.
Karena katamu, aku telah mendapatkan hatimu,
yang jauh lebih berarti daripada sekedar bunga.

Aku tetap menyukai bunga ...
hanya saja, aku tidak menunjukkannya kepadamu.
Karena kau tahu, sangat sulit bagiku untuk meminta.

Aku tetap menyukai bunga ...
yang tidak pernah aku terima.
Aku tetap bahagia, karena aku yakin,
kau memang tak pernah mengirimkannya,
dulu, sekarang ataupun nanti.

Aku masih tetap menyukai bunga,
saat aku terkejut dengan kenyataan yang tak pernah terungkap...
Sepenggal kisah yang sungguh sangat berbeda,
dengan apa yang aku anggap dan yakini kebenarannya.

Aku memeluk diriku sendiri dengan erat,
menahan rintihan yang hendak keluar dari mulutku
Aku menitikkan air mata, tapi hanya bisa menangis dalam diam,
Sakit ...

Sakit karena bukan hanya dia yang menyukai bunga,
aku juga suka ...
Tapi kenapa dia yang mendapatkannya darimu dan bukan aku?
Kenapa ...
Aku tetap menyukai bunga ...
Masih, dan tetap walau sepenggal kisah itu telah
menorehkan luka.

Sungguh aku sangat ingin melupakannya,
dan menghapus segala luka ...
Tapi rasa sakit itu masih tetap ada 
Yang membuatku berulang kali masih harus 
memeluk diriku sendiri, menahan tangis.
Aku ingin melupakannya ...
Karena aku tak ingin melangkah dengan luka

Aku masih sangat menyukai bunga ...










Senin, 10 Desember 2012

Aku Melihat




Terima kasih karena telah jatuh cinta lagi
Dengan cinta yang sama ...
Dengan kasih yang sama ...
Walaupun dengan serpihan hati yang telah terkoyak

Aku melihat semuanya ...
Bagaimana kau berusaha merekatkan lagi hatimu yang telah terkoyak
Bagaimana dengan susah payah kau kumpulkan serpihannya dengan satu tangan,
sementara tangan yang lain sibuk menyeka air mata yang terus mengalir di matamu
Bagaimana kau berusaha tersenyum di atas kepedihanmu
Bagaimana kau mencoba percaya setelah semua dusta

Aku melihat semuanya ...
Bagaimana aku menorehkan luka di hatimu
Bagaimana aku menari di atas penderitaanmu
Bagaimana aku menghancurkan lukisan indahmu
Bagaimana aku mencoreng kepercayaanmu
Aku melihat semuanya ...
Bahkan saat mataku terpejam.

Aku melihat ...
Bagaimana aku menghancurkan hatimu
Aku tak sanggup, maka kupejamkan kembali mataku

Sesaat aku melihat ...
Bagaimana aku melangkah tanpa dirimu
Bagaimana aku hancur karena harus kehilanganmu
Sesaat aku melihatnya, saat aku memejamkan mataku.

Aku tak mampu melihat semuanya
Aku takut melihat diriku berjalan sendiri tanpamu.
Namun ...
Saat kau mengatakan,
Bahwa kau telah jatuh cinta lagi kepadaku
Dengan serpihan hatimu
Tanpa sadar air mata mengalir di pipiku
Bahagia, karena begitu besar kau mencintaiku.
Mengalahkan segala luka yang telah aku torehkan, di hatimu

Aku berjanji tak akan lagi ada luka
Karena aku sangat ingin melihat ...
Kau berjalan di sampingku
Selamanya ...

Terima kasih karena telah kembali jatuh cinta ...
Aku bahagia

101212

1st Page on 18



Banyak sekali yang ingin aku tuliskan pada lembaran pertama ini
Aku hanya bingung, darimana aku memulainya
Bingung, apa yang harus aku tulis
Takut, karena aku telah mecoret lembaran-lembaran sebelumnya
yang telah dengan susah payah kita tulis dan lukis bersama
Takut, kalau aku tidak lagi memiliki lukisan dan cerita di lembaran ini
karena kesalahan yang telah aku perbuat.

"Aku salah, dan aku menyesal."
Sepertinya hanya kalimat itu yang terlintas saat aku
mengangkat penaku, untuk mulai menulis dan melukis di lembaran yang baru.

Lembaran ini masih sangat bersih
Aku takut menggoreskan cerita yang salah lagi
Aku takut menggoreskan lukisan yang menyedihkan lagi
Tapi aku juga tahu, lembaran ini tidak boleh selamanya kosong
Aku tahu itu ...

Lembaran ini harus kita isi dengan pelangi yang lebih indah
Lembaran ini harus kita isi dengan cerita yang lebih bahagia
Lembaran ini harus kita isi dengan lebih banyak doa dan harapan.
Lembaran ini harus menjadi bagian dari kisah indah
Bukan sebagai pengingat akan lembaran lama yang telah tercoret
Aku tahu itu ...

Namun ...
Betapa sulit bagiku untuk menuliskan kalimat indah
seperti yang dulu sering aku tuliskan dan telah aku ingkari
Betapa sulit bagiku untuk melukiskan pelangi
seperti yang dulu sering aku lukiskan dan telah aku coret dengan tinta hitam

Aku menyesal ...
Saat aku membalik lagi lembaran-lembaran yang telah rusak itu.
Semua tulisan dan goresan yang ada di situ
telah terbentuk menjadi kisah dan lukisan yang indah, walaupun belum selesai
Menyesal, kenapa sampai semua itu tergores tinta hitam.
Menyesal, kenapa aku mengijinkan diriku melakukannya.
Menyesal, karena aku telah meorehkan luka yang dalam dan tak kunjung kering.

Aku hanya berharap ...
Tanganmu tetap menggenggam tanganku,
membimbing langkahku agar tak lagi salah kakiku melangkah,
membimbing tanganku agar aku mampu menulis kisah yang indah,
dan melukis pelangi yang lain, yang lebih indah
Terlebih ...
aku ingin kau ijinkan aku untuk membasuh luka yang telah aku torehkan
di  hatimu ...

Karena aku, masih tetap mencintaimu.

101212