Setiap wanita ingin menjadi Ratu, begitu pula aku.
Karena, di setiap kerajaan, hanya ada satu Ratu.
Satu, dan tak tergantikan ...
Satu, dan untuk selamanya ...
Satu, dan yang paling utama ...
Ratu, adalah simbol egoisme wanita
Simbol bagi segala keinginannya.
Keinginan untuk menjadi satu-satunya ...
Keinginan untuk menjadi segalanya ...
Keinginan untuk dipuja ...
Keinginan untuk dimanja ...
Keinginan yang ingin dimengerti, tanpa harus terucap.
Keinginan dalam hati, bukan suara di bibirnya ...
Keinginan, di antara berjuta keinginan.
Aku adalah seorang Ratu ..
Yang berjalan penuh tawa di kebun bunga
Yang menari riang di jalan yang penuh warna
Yang selalu menjadi yang utama dan satu-satunya
Yang selalu aman terlindung dari segala luka
Yang tak pernah kurang akan siraman cinta
Yang hanya tahu, bahwa tugasku hanyalah satu :
selalu merasa
bahagia ...
Aku adalah seorang Ratu, yang berjalan
tanpa mahkota
Dulu, itu bukan masalah
Karena, dengan atau tanpa mahkota,
aku tetaplah seorang Ratu.
Atau, setidaknya begitulah dulu aku merasa dan menerimanya.
Dulu ....
Sebelum aku tahu, bahwa di belakangku,
ada banyak Ratu.
Entah yang sudah berhenti berjalan, atau yang masih mengikuti.
Mengikuti dari jauh, atau mengikuti dan semakin mendekat.
Ratu-ratu di belakangku ...
Yang juga merasakan hal sama ...
Yang juga diperlakukan sama ...
Yang juga dicintai dengan cara yang sama ...
Ratu-Ratu dibelakangku mungkin mendapatkan yang sama,
mungkin mendapatkan yang lebih dariku.
Ratu-Ratu di belakangku,
masing-masing megenakan
mahkotanya.
Aku tidak pernah bisa menghalau Ratu-Ratu di belakangku,
untuk tidak mengikuti jalanku.
Aku juga tidak pernah bisa mencegah kepalaku untuk tidak menengok ke belakang,
saat para Ratu itu bernyanyi atau menari.
Aku menengok ke belakang,
dengan pandangan mata yang mendamba,
ingin merasakan apa yang sudah dan pernah mereka punya:
mengenakan mahkota.
Aku seorang Ratu, hanya saja jalanku berbeda ...
Aku seorang Ratu, yang tidak sempurna ...
Atau mungkin karena itulah, aku tidak mengenakan mahkota?
Atau mungkin aku belum layak menyebut diriku Ratu?
Atau mungkin selama ini, akulah yang mengangkat diriku sendiri, menjadi Ratu?
Karena semua orang tahu, Ratu selalu mengenakan mahkota.
Jangan jadikan aku Ratu, jika pernah ada banyak Ratu lainnya ...
Jangan jadikan aku Ratu, jika memang belum saatnya ...
Jangan jadikan aku Ratu ....
Karena aku tak ingin menjadi Ratu Tanpa Mahkota.