Senin, 27 Agustus 2012

Dasar Sales



"Dasar Sales"

Kalimat yang sering aku dengar sejak pertama kali aku bekerja sebagai sales, tepatnya sales properti. Baik dilontarkan sebagai olokan, candaan, atau makian.

Memang kalau sales terus kenapa?

Bagi banyak orang, mungkin sales terkenal sebagai orang yang pandai bicara, bisa melakukan berbagai cara supaya barang dagangannya terjual. Atau, sales terkenal sebagai orang yang menerima komisi untuk setiap barang yang berhasil dia jual. Atau bahkan, ada yang memandang sales sebagai salah satu profesi yang tidak membutuhkan keahlian, cuma modal nekat dan mulut doang.

Mari kita mempersempit ruang lingkup tulisan ini dengan membahas Sales Properti.  

Bagi banyak orang, sales properti adalah kalangan yang bergelimang uang, borju, gampang menghamburkan uang, karena sekali terima komisi selalu jutaan (wajar, barang dagangannya juga ratusan juta).

Memang benar. Tapi baca dulu ya. Aku cerita sedikit tentang sales properti (bukan curcol).

Sales properti, adalah manusia yang hidupnya selalu diujung tanduk. "Nyawa" nya per 30 hari. Hajat hidupnya juga per 30 hari. Karena sales properti adalah orang yang selalu dikejar target (sama seperti semua sales di dunia ini), dan harus mencapai target yang tidak sedikit jumlahnya. Belum lagi tekanan dari managernya (yang sudah pasti juga ditekan oleh atasannya). Nasibnya ditentukan per 30 hari, dengan melihat target (yang biasanya bulanan) yang ditetapkan atasnya.

Barang dagangan sales properti terkadang adalah barang yang belum ada wujudnya, atau dalam bahasa kerennya dunia properti adalah "indent". Jadi sales properti harus bisa meyakinkan orang asing untuk mau mendengarkan impian-impian yang dibicarakan, janji-janji yang diobral dan sesekali pesona-pesona yang ditebarkan, sampai akhirnya orang asing tersebut percaya dan mau mengeluarkan rupiah yang tidak sedikit jumlahnya untuk membayar bukan rumah, tetapi hanya beberapa lembar kertas perjanjian yang mengikat kesepakatan jual beli. Istilah singkatnya jualan gambar.

Apakah sampai disini saja? Tentu tidak. Developer juga berusaha "mengikat" sales agar bertanggung jawab atas penjualannya, dengan cara memberikan prosedur yang tidak singkat untuk memproses komisi atas penjualan ini. Jadi, tidak langsung menikmati hasil dari jualan gambar tadi. Kadang harus menunggu lama. Namun tidak jarang juga tepat waktu.

Bagaimana dengan privasi?

Sales properti adalah orang yang tidak memiliki privasi. Sekali nomor ponsel atau pin BB dipublikasikan untuk keperluan penjualan, saat itu juga dia harus rela kehilangan privasinya. Bukan cerita baru kalau klien menelepon atau menghubungi di waktu-waktu yang aneh. Dan bukan cerita baru juga kalau klien marah saat teleponnya tidak diangkat atau BBM nya tidak dibalas. Resiko.

Waktu libur yang tidak lazim (hari biasa) juga sering menjadi kendala. Karena sales properti bekerja kebalikan waktunya dengan orang-orang lain. Hari libur, justru saatnya sales properti menuai rejeki. 
Lalu bagaimana dengan keluarganya? Bagaimana dengan kehidupan sosialnya? Karena lingkungan keluarga dan teman-teman sales properti tidak semuanya bekerja di bidang yang sama.
Libur di hari biasa, juga artinya harus merelakan hari libur yang berharga tersebut diganggu oleh urusan pekerjaan, karena bagian lain dalam perusahaan bekerja sesuai jadwal orang-orang pada umumnya.

Boleh mengeluh?

Jangan. Aku sarankan jangan. Karena akan ada kalimat yang sedikit tidak enak didengar. "Sales kan enak, sudah terima komisi" Seolah-olah komisi itu membuat segalanya sah-sah saja dalam kehidupan sales. Tapi, tolong diingt, komisi bukan segalanya. Dan komisi juga bukannya hal mudah yang di dapat sales.

Itu cerita tentang sales.

Tapi jangan berpikir, kalau menjadi sales itu begitu menyebalkan, kenapa aku bertahan sampai 8 tahun?

Hidup sebagai sales, ada senangnya juga (eits, bukan cuma pada saat terima komisi ya). 
Menjadi sales, berarti kita selalu memiliki kesempatan dan tantangan baru setiap hari, untuk menentukan pencapaian kita. Setiap hari ada kesempatan untuk terjadi penjualan. Setiap hari ada kesempatan untuk belajar mempertahankan penjualan agar tidak sampai batal. Setiap hari selalu ada kesempatan untuk belajar hal-hal baru yang dapat makin meningkatkan kemampuan menjual kita. Setiap hari, penuh harapan. Kalau hari ini gagal, masih ada esok yang bisa kita perjuangkan agar tidak gagal. Sebagai sales, kita sendiri yang menentukan, berapa pendapatan yang akan kita peroleh.

Bagaimana dengan himpitan target?

Target bukan suatu beban. Target adalah suatu cara, pendidikan tidak kasat mata, untuk membentuk kita menjadi pribadi yang sesalu setingkat lebih maju. Jangan senang dengan target yang diturunkan, tapi berbahagialah dengan target yang terus meningkat (tapi realistis ya). Dengan target, kita selalu memiliki arah yang jelas dalam bekerja. Jadi, target bukan beban.

Boleh jenuh?

Boleh saja, tapi aku sarankan jangan lama-lama, dan jangan berpikir untuk mudah menyerah dan bermaksud segera ganti profesi. Kita sendiri yang harus mampu mengendalikan mood kita, karena untuk sepenuhnya menekuni profesi sales properti, harus selalu didukung dengan semangat dan mood yang bagus. Kita tidak bisa mengharapkan orang-orang disekitar kita agar menjaga mood kita. Kitalah yang harus mampu melakukan itu.

Bagaimana dengan kesan borju?

Pernahkah terpikir bahwa penampilan termasuk salah satu modal utama bagi sales? Selain pembawaan, percaya diri dan kemampuan presentasi produk yang matang? Penampilan merupakan "pemanis' bagi sales untuk menjual produknya. Bukan yang utama, tapi perlu. Aku juga tidak setuju kalau sales dalam menjual hanya perlu penampilan yang menarik saja. Dibutuhkan kecerdasan. Makin mahal nilai barang yang dijual, makin berkelas klien yang mampu membelinya. Dan untuk menjaul barang seperti ini, dibutuhkan sales yang bisa mengimbangi cara berpikir kliennya, sekaligus harus representatif, dan mencerminkan barang dagangan yang dia jual. 
Jadi, wajar kalau sales properti menggemari barang-barang bagus yang bisa membuat penampilannya makin menarik. 

Tapi coba pertimbangkan tentang sebuah proses pembelajaran yang tidak pernah berhenti.

Sebagai sales, kita banyak mengenal karakter yang beranekaragam dari calon-calon pembeli. Sebagai sales pula, memungkinkan kita untuk selalu membuka pergaulan kita seluas-luasnya, selalu memperkaya wawasan kita, supaya kita bisa mengimbangi percakapan klien kita. Sebagai sales, merupakan sebuah proses belajar yang cepat, keras dan tidak pernah berhenti. Menjadi sales, berarti membiarkan diri kita terbentuk dengan sendirinya, melalui kejadian-kejadian dan pelajaran-pelajaran nyata yang kita alami setiap hari.

 

Sudah membaca tulisanku?

Sekarang, sambil tersenyum, silahkan bilang "Dasar Sales...."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar