Senin, 23 September 2013

Kamu dan Teh Susu


"Minum air putih dong..."

Kamu pasti bosan dengan omelanku yang satu itu. Karena aku selalu mengucapkan itu setiap kali kamu membuka botol teh susu-mu yang kesekian. Dan seperti biasa, kamu hanya menjawab omelanku denan senyuman jahil khas kamu.

Aku bukan penyuka minuman manis. Bahkan aku selalu minum teh-ku, kental dan tanpa gula.

Tapi bukan itu yang membuatku selalu mengomel tentang kebiasaanmu minum minuman manis dalam kemasan praktis itu. Aku hanya ingin kamu minum air putih. Buat mengimbangi aktivitasmu, pola makanmu, serta kebiasaanmu merokok.

"Kamu lama-lama bisa jadi mumi." sering kali aku berucap begitu.
Karena kebiasaan kamu minum minuman dalam kemasan, yang menurutku pasti banyak mengandung pengawet. Menurutku, it's ok minum minuman dalam kemasan, tapi sesekali saja. Jangan dijadikan minuman tetap. Apalagi sampai punya persediaan yang berlimpah.

Aku juga bukan orang yang punya kebiasaan hidup sehat. Aku pecandu kopi. Aku penyuka teh. Tapi aku tidak menyukai kedua jenis minuman itu, dalam bentuk kemasan praktis. Aku lebih suka teh dan kopi yang diseduh sesaat sebelum dinikmati. Dan.... tidak manis.

Kamu suka sekali teh susu.

Aku sampai penasaran, apa enaknya. Sesekali aku ikut mencoba menyesapnya sedikit dari botol yang kau buka. "Not bad..." selalu itu komentarku. Tapi, tidak juga membuatku menyukainya. Dan aku tetap menceramahimu untuk lebih banyak minum air putih, kurangi minuman manis, dan hindari pengawet.

Namun tetap saja, teh susu selalu hadir dalam hari-hari kita, karena kamu suka sekali teh susu.

Hari ini, aku minum teh susu-mu. Aku juga tidak tahu, kenapa tanganku reflek meraih botol itu dari lemari pendingin sang penjual minuman.

Lama aku pandangi botolnya. Sejenak semua percakapan kita tentang si teh susu ini melintas dalam benakku. Tanpa sadar aku tersenyum. Perlahan aku buka tutupnya, dan aku mulai meminumnya. Sedikit demi sedikit teh susu itu masuk dalam tenggorokanku. Rasa dan aromanya menghidupkan kembali semua kenangan tentangmu, saat di sisiku. Kupejamkan mataku, mencoba untuk memperjelas hadirmu di benakku. Tanpa sadar sebutir air mata mengalir di mataku, jatuh dan membasahi pipiku. Aku sangat merindukanmu.

Kau mungkin tersenyum simpul saat membaca ini. Dan mungkin, seperti aku, kamu pun akan sejenak membayangkan kembali hari-hari kita dahulu. Canda, tawa, kekonyolan, dan kadang amarah yang sering kita bagi. Hal-hal sederhana yang sekarang sangat sulit kita rasakan. Kedekatan yang semakin sulit untuk bisa kita nikmati. Dan juga omelan tentang teh susu yang makin jarang kamu dengar.

Aku tetap tidak menyukai teh susu, yang telah habis kuteguk. Masih kugenggam dan kupandangi botolnya, dengan sisa air mataku. Tapi, aku menyukai kenangan tentangmu dan kebiasaan kita, saat meneguknya.

Aku tetap tidak menyukai teh susu. Aku menuliskan ini, hanya karena aku sangat merindukanmu.
Aku sangat merindukanmu...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar