Kamis, 16 Oktober 2014

... dan kau pun berhenti

 
 
Saat kau akan mulai berjalan bersamaku,
dari awal kita sudah tahu
bahwa jalan yang kita lalui sangatlah berliku
 
Tapi kau berjanji akan menggandeng tanganku
saat melalui jalan yang licin
akan menggendongku
saat jalan menanjak terjal dan berbatu
akan membantuku kembali berdiri
saat kutergelincir dan terjatuh
 
Maka perjalanan kita pun berawal
 
Akulah yang banyak tergelincir
kakiku pulalah yang sering terpeleset
namun aku tidak pernah berhenti berjalan
walau kadang kau sempat ragu
untuk mengulurkan tangan dan
membantuku berdiri untuk kembali melangkah
 
Saat itu, kau hanya sebatas ragu
dan kita pun mampu
untuk kembali melangkah
 
Langkah langkah
yang semakin jauh
langkah yang terus bertahan
walau kadang langkah kita melambat dan melemah
karena lelah
 
Tapi
kita terus melangkah
karena ini bukanlah sebuah perjalanan
tanpa akhir
 
 Kini
akhir jalan kita sudah semakin jelas terlihat
ambang sebuah pintu yang merupakan
awal dari perjalanan indah berikutnya
 
Tapi
bongkahan batu besar menghadang
batu yang sebenarnya sudah kita ketahui bersama
keberadaannya, di ujung jalan ini
disusul dengan bongkahan lain yang sama sekali
tak pernah kita inginkan
tak pernah kita sangka
tapi tak dapat kita tolak
 
Semula
aku yakin kau akan tetap berjalan di sisiku
akan tetap siap tanganmu menopangku
karena
setelah semua yang kita lalui bersama
kita sama sama menginginkan akhir perjalanan
yang bahagia
 
Tapi
belum lagi batu pertama terlalui
kau memutuskan untuk berhenti
dan
kau memutuskan untuk menjauh
karena
bagimu ini sangat melelahkan
bagimu ini teramat tidak adil
bagimu ini adalah akhirnya
 
... dan kau pun berhenti
 
Semua kenangan kita pun
sudah kau kirimkan kembali padaku
dalam sebuah kotak
yang belum berani kubuka
karena
aku tahu pasti apa yang ada di dalamnya
tanda yang kau berikan
untuk menegaskan
bahwa perjalanan kita sudah berakhir
 
... dan kau pun berhenti
 
 
 
 
 


Selasa, 16 September 2014

A Place, Called Dream...


Somewhere, outhere... there's a place in a distance.
A place where I can trully be me, not "the have to be" me.
A place where every second flow beautifully.
A place where I can rest and lay my head on where it belongs...
A place that for nowadays I have to call it a dream.
 A place that I always whispered on my teary prayer every night.
A place that some of you say I shouldn't be there.
A place that some of you don't know  the truth about it.
 
Sometimes, half of me is scream inside my head :
what the hell, just go there and leave everything behind.
But later on, another voice whisper :
stay, finish what you've started first, then go there with pride.
Tired of this conflict inside.... 
 
 Somewhere, outhere, there's a place
that I wish all of you would let me go to...

Sabtu, 06 September 2014

.. you'll be named


 
You'll be named after the color that have lost
from my life...
The color that can not be replaced,
because its lost has left a deep blooded scar
Scar that has not been healed...
Scar that I have to struggle with...
Scar that I have to hide, alone...
 
You'll be named after the one I love most
The one that supposed to be my pride...
The one that has been taken away from me
... and I never able to let go
 
You'll be my new Pride
that's why you'll be named "The Sky..."
and one of you, will called "Azure"
Azure - BLUE sky....

You'll be stand high...
Right there, in the prestigious place
where every single eyes of a human being
will see you...
amazed by you...
adore you...
 
My BLUE....
That's how you supposed to be:
my Pride that will be amaze many people.

I really miss you, BLUE
 

Jumat, 05 September 2014

Sepuluh saja, Tuhan ...


Tuhan....
Biarkan aku berkhayal. Aku hanya sekedar lelah dengan semua kenyataan hidup.

Jika... dan hanya jika, Tuhan, Kau memutuskan bahwa semua tugas dan tanggung jawabku di dunia ini telah selesai, dan Kau memberiku hadiah : aku boleh memilih 10 hal yang paling ingin kulakukan bersama orang yang sangat aku kasihi, maka aku ingin melakuan ini; hal sederhana yang pernah hilang dalam hidupku:
  1. Mendengarkan suara detak jantungnya;  suara detak yang membuatku merasa aman, karena aku tahu, kau ada di sini, dekat denganku, untuk mencintaiku.
  2. Mendengarnya tertawa; suara yang telah lama tidak kudengar, hilang tertutup banyaknya teriakan dan caci maki. Suara yang menghilang karena salah dan khilafku. Suara yang sangat kurindukan, hingga kerinduan itu terasa perih.
  3. Memasak untuknya; hal yang tak pernah kulakukan, dan sangat ingin kulakukan, untuk memanjakannya dan menyayanginya.
  4. Mengajarinya memegang capung; mengingat salah satu momen terbaik kami, pada masa terindah perjalanan sebuah kisah, yang terekam jelas dalam benakku. Capung selalu mengingatkanku akan banyanya tawa dan kebahagiaan pada saat itu.
  5. Mendengarnya memetik gitar;  mendengar nada nada yang mengalun lembut, kadang disertai senandungnya. Bukan sekedar nada yang dipetik jemari lentik, tapi nada yang dipetik dengan jiwa. Membuat lagu yang mengalun, begitu indah.
  6. Menjelajahi pedesaan bersamanya; menjelajahi tempat yang begitu tenang dan indah, tempat dimana semua perbedaan serasa memudar, diisi dengan banyaknya senyum hangat dan tawa ceria, dikelilingi semua keindahan, berbalut kesederhanaan.
  7. Melukis pelangi; melukis pelangi yang baru, berdua dengannya, dalam satu kanvas yang bersih. Karena aku pernah memilih warna yang salah, sehingga lukisan pelangi kami yang lama, penuh coretan dan akhirnya kelabu. Karena ada warna yang telah menghilang dari lukisan pelangi itu, yang tidak tergantikan dan menyisakan ruang luka yang teramat dalam; ruang luka yang belum disembuhkan.
  8. Menggenggam tangannya; dan tidak akan aku lepaskan. Dan aku juga tidak akan membiarkannya melepaskan. Karena dengan menggenggam tangannya, aku yakin aku akan mampu melanjutkan perjalanan ini, walaupun jalan yang dilalui menanjak dan berbatu.
  9. Memandang wajahnya; dan tidak akan pernah berpaling. Selamanya hanya satu, tujuan hidupku. Sehingga saat semua begitu berat dan aku terpaksa memejamkan mata, saat kubuka lagi, aku akan memandang wajahnya, yang selalu memberi kekuatan. Aku ingin dalam perjalanan ini, aku dapat memandang wajahnya, dan bukan punggungnya yang berjalan menjauh.
  10. Menghembuskan nafas terakhirku di dalam pelukanmnya; tak ada kata yang ingin kutulis tentang ini. Aku hanya ingin menghembuskan nafas terakhirku, di dalam pelukannya.
Itu saja, Tuhan. Terima kasih...

Kamis, 12 Desember 2013

Di Belakangmu





Hari ini aku merasakan sebuah keraguan
dalam nada bicaramu
Samar...
Namun aku dapat merasakannya
Samar...
Saat terucap, namun
terasa tajam menyayat di hatiku

Keraguanmu...
Antara untuk tetap menatap ke depan seperti
janjimu dan ego yang kau pertahankan
Atau...
Menengok ke belakang, dan
melupakan segala janji dan egomu
Melihat ke belakang, walau di belakang sana
sudah pudar dan tampak samar

Di belakanngmu,
ada ikatan kuat tak terlihat
namun tampaknya tak terpatahkan
Seolah kalian dipersatukan oleh sang takdir
selamanya...

Membuatku disini,
yang ada di sampingmu dan siap berjalan bersamamu
Hanya menjadi penghalang bagimu
untuk menoleh ke belakang
Hanya memaksa kepalamu tetap tegak menatap
ke depan...

Membuatku disini,
hanya menjadi alasanmu untuk 
berteriak,
curiga,
bahkan menghindar,
dan lari dariku,
dan dari semua janji dan tanggung jawabmu

Perih...

Semakin kuat aku mencoba menahan
pandangan dan langkahmu,
semakin sengit pertengkaran yang terjadi
Semakin pedas kalimat yang terlontar
Semakin besar benci di antara kita
Karena...
Kau memang ingin mengengok
ke belakang...

Haruskah aku melepaskanmu,
agar kau bisa sekedar menoleh
ke belakang...
Tapi...
Betapa sakitnya aku,
jika kau tak sekedar menoleh...
Tapi memilih berbalik dan melangkah 
ke belakang...
Atau bahkan memutuskan 
untuk tetap tinggal di sana
Betapa hancurnya aku...

Aku belum siap untuk terluka lagi


Kamis, 28 November 2013

Surat Kepada Sampah


Hari ini aku menulis surat kepada Sampah. Surat yang panjang dan menyakitkan. Halus, tapi angkuh dan penuh penghinaan. Aku bukan orang yang angkuh sebenarnya. Aku juga sadar, aku bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa. Tapi, aku selalu akan membela harga diriku habis-habisan.

Bodoh memang, tapi biarlah. Sampah ini sudah terlalu mengganggu.

Aku memang tipe orang yang emosional. Tapi aku juga tahu kelasku. Harga diri adalah suatu hal yang aku jaga baik-baik. Kalau Sampah ini tidak terlalu menyengat baunya, adalah sangat tidak mungkin aku mau merendahkan diri dan mendekatkan diri pada Sampah untuk memungut dan membuangnya. But today, this is too much! Terlalu menyiksa. Dan tidak ada orang lain yang membantu aku membereskan Sampah ini. Jadi, harus aku lakukan sendiri.

Sampah ini harus tahu, dengan siapa dia berurusan.

Biarlah aku dianggap bodoh, menyibukkan diri dengan mengurus saampah. Tapi yang penting aku puas. Aku bisa membela diri, membuang hal yang mengganggu, dan mempertahankan kenyamananku, saat orang yang aku harapkan untuk melakukannya, tidak dapat menyelesaikan tugasnya.

Hari ini aku menulis surat pada Sampah. Biarlah, hari ini, tertoreh cerita dalam hidupku, bahwa aku melakukan hal bodoh dan kekanak-kanakan. Tapi, aku hanya membela diri.

Hari ini aku menulis surat pada sampah, dan semoga ini yang terakhir....

Anak-anak Manusia



Anak-anak manusia di dunia ini, ada berbagai macam.
Terlahir dari rahim yang berbeda-beda...
Terlahir dalam kondisi yang berbeda-beda...
Terlahir karena alasan yang berbeda-beda....

Tetapi tetap, mereka adalah
Anak-anak manusia

Seringkali terjadi cerita di antara
anak-anak manusia
Cerita cinta...
Cerita duka...
Cerita persahabatan...
Cerita yang penuh air mata...
atau
Cerita yang belum terselesaikan

Cerita yang seharusnya sudah terlupakan
mengapa menguak kembali luka

Atau jangan-jangan,
kisahnya tidak semua dituturkan...
kisahnya masih ada yang disimpan...
kisahnya tetap digenggam erat, hanya berdua
Rapi dan rapat,
hingga hanya mereka dan Tuhan yang tahu

Cerita di antara anak-anak manusia itu
hanya menyisakan perih
hanya menyisakan kebingungan
hanya menguji kesabaran