Kamis, 12 Desember 2013

Di Belakangmu





Hari ini aku merasakan sebuah keraguan
dalam nada bicaramu
Samar...
Namun aku dapat merasakannya
Samar...
Saat terucap, namun
terasa tajam menyayat di hatiku

Keraguanmu...
Antara untuk tetap menatap ke depan seperti
janjimu dan ego yang kau pertahankan
Atau...
Menengok ke belakang, dan
melupakan segala janji dan egomu
Melihat ke belakang, walau di belakang sana
sudah pudar dan tampak samar

Di belakanngmu,
ada ikatan kuat tak terlihat
namun tampaknya tak terpatahkan
Seolah kalian dipersatukan oleh sang takdir
selamanya...

Membuatku disini,
yang ada di sampingmu dan siap berjalan bersamamu
Hanya menjadi penghalang bagimu
untuk menoleh ke belakang
Hanya memaksa kepalamu tetap tegak menatap
ke depan...

Membuatku disini,
hanya menjadi alasanmu untuk 
berteriak,
curiga,
bahkan menghindar,
dan lari dariku,
dan dari semua janji dan tanggung jawabmu

Perih...

Semakin kuat aku mencoba menahan
pandangan dan langkahmu,
semakin sengit pertengkaran yang terjadi
Semakin pedas kalimat yang terlontar
Semakin besar benci di antara kita
Karena...
Kau memang ingin mengengok
ke belakang...

Haruskah aku melepaskanmu,
agar kau bisa sekedar menoleh
ke belakang...
Tapi...
Betapa sakitnya aku,
jika kau tak sekedar menoleh...
Tapi memilih berbalik dan melangkah 
ke belakang...
Atau bahkan memutuskan 
untuk tetap tinggal di sana
Betapa hancurnya aku...

Aku belum siap untuk terluka lagi


Kamis, 28 November 2013

Surat Kepada Sampah


Hari ini aku menulis surat kepada Sampah. Surat yang panjang dan menyakitkan. Halus, tapi angkuh dan penuh penghinaan. Aku bukan orang yang angkuh sebenarnya. Aku juga sadar, aku bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa. Tapi, aku selalu akan membela harga diriku habis-habisan.

Bodoh memang, tapi biarlah. Sampah ini sudah terlalu mengganggu.

Aku memang tipe orang yang emosional. Tapi aku juga tahu kelasku. Harga diri adalah suatu hal yang aku jaga baik-baik. Kalau Sampah ini tidak terlalu menyengat baunya, adalah sangat tidak mungkin aku mau merendahkan diri dan mendekatkan diri pada Sampah untuk memungut dan membuangnya. But today, this is too much! Terlalu menyiksa. Dan tidak ada orang lain yang membantu aku membereskan Sampah ini. Jadi, harus aku lakukan sendiri.

Sampah ini harus tahu, dengan siapa dia berurusan.

Biarlah aku dianggap bodoh, menyibukkan diri dengan mengurus saampah. Tapi yang penting aku puas. Aku bisa membela diri, membuang hal yang mengganggu, dan mempertahankan kenyamananku, saat orang yang aku harapkan untuk melakukannya, tidak dapat menyelesaikan tugasnya.

Hari ini aku menulis surat pada Sampah. Biarlah, hari ini, tertoreh cerita dalam hidupku, bahwa aku melakukan hal bodoh dan kekanak-kanakan. Tapi, aku hanya membela diri.

Hari ini aku menulis surat pada sampah, dan semoga ini yang terakhir....

Anak-anak Manusia



Anak-anak manusia di dunia ini, ada berbagai macam.
Terlahir dari rahim yang berbeda-beda...
Terlahir dalam kondisi yang berbeda-beda...
Terlahir karena alasan yang berbeda-beda....

Tetapi tetap, mereka adalah
Anak-anak manusia

Seringkali terjadi cerita di antara
anak-anak manusia
Cerita cinta...
Cerita duka...
Cerita persahabatan...
Cerita yang penuh air mata...
atau
Cerita yang belum terselesaikan

Cerita yang seharusnya sudah terlupakan
mengapa menguak kembali luka

Atau jangan-jangan,
kisahnya tidak semua dituturkan...
kisahnya masih ada yang disimpan...
kisahnya tetap digenggam erat, hanya berdua
Rapi dan rapat,
hingga hanya mereka dan Tuhan yang tahu

Cerita di antara anak-anak manusia itu
hanya menyisakan perih
hanya menyisakan kebingungan
hanya menguji kesabaran

Selasa, 26 November 2013

Iklan Biskuat Untukku


Pagi ini ada iklan baru untuk produk Biskuat. Tadinya aku tertarik dengan tampilan videonya. Iklan itu menampilkan seorang ibu yang memang kelihatannya seperti atlet lari, sedang mengajak anaknya berlomba lari. Kelihatan disitu si ibu sangat bersungguh-sungguhdan serius dalam berlomba. Seakan-akan anaknya itu memang adalah lawannya di pertandingan. Si anak, terus berusaha sangat keras agar bisa menang dari ibunya. Sambil ditayangkan adegan lomba lari dengan pemandangan yang indah ini, ada kata-kata yang diucapkan, seolah-olah si ibu yang sedang berbicara. Lama-lama aku mulai memperhatikan kata-katanya. Kata-katanya seperti ini:

" Anakku tidak akan menang, jika aku mengalah.
Anakku akan menang, saat dia mengalahkanku.
Saat itulah, dia punya semangat juang
Dan tidak bisa kuajarkan hanya lewat kata-kata
Saat dia berhasil mengalahkanku, 
saat itulah aku menang....
Hanya  Ibu yang mengerti 
pentingnya menanamkan semangat 
bagi kehidupan anaknya..."  


Simpel.
Iklannya tidak sampai 45 detik. Tapi baca perlahan-lahan kata-katanya. Sangat mengena, sangat menginspirasi, dan sangat membangkitkan semangat.

Teringat betapa beratnya beberapa tahun belakangan ini, hidup sendirian membesarkan seorang anak perempuan. Semakin bertambah besar dan berkembangnya pola pikir anakku, beratnya pelajarannya, berkembangnya rasa ingin tahu-nya akan segala hal, semakin berkurangnya waktu yang kumiliki, semakin seringnya fisikku melemah dan semakin banyaknya tuntutan pekerjaan yang harus kulakukan untuk menghidupi kami berdua, terkadang sering kali berbuah pertengkaran, keputusasaan dan air mata. 

Tapi kata-kata sederhana ini, benar-benar menyadarkanku. Bahwa peran yang aku jalani, tidaklah seberat yang aku kira. Semuanya hanya tergantung pada tekadku, dan kemauanku untuk tidak menyerah dalam menjalani hidup.

Terima kasih, untuk iklan ini. Aku memang tidak menyukai biskuitnya, tapi aku suka sekali kata-katanya.

November 26th, 2013

Senin, 18 November 2013

Love Will Find A Way


In a perfect world
One we've never known
We would never need
To face the world alone

They can have their world
We'll create our own
I may not be brave or strong or smart
But somewhere in my secret heart

I know love will find a way, anywhere I go
I'm home if you are there beside me
My dark, turning into day
Somehow we'll come through
Now that I've found you
Love will find a way

I was so afraid, now I realize
Love is never wrong
And so it never dies
There's a perfect world
Shining in your eyes
And if only they could feel it too
The happiness I feel with you

They'd know love will find a way
Anywhere we go
We're home if we are there together
My dark, turning into day
Somehow we'll come through
Now that I've found you
Love will find a way
I know love will find a way


***

Song : Love Will Find A Way (ost. Lion King II)

Rabu, 06 November 2013

Tiga November

Tiga November-ku kali ini sangat berbeda
Sangat nyata dalam balutan banyak cinta dan doa
Sederhana, dan tulus

Tiga November...
Mengawali tahun ke-37 dalam hidupku
Sebuah perjalanan panjang yang telah kulalui,
dengan bayak cerita tentang cinta, tawa dan air mata
Sebuah perjalanan yang telah mengajariku
tentang arti kata cinta dan setia
Sebuah perjalanan yang telah membuka mataku,
tentang arti kata cinta tanpa syarat

Tiga November...
Membawaku semakin mendekat ke ambang kematangan
Matang dalam bertingkah laku, berpikir dan bersikap
Membawaku ke sebuah awal yang baru
dalam hidupku...
Awal yang indah dan nyata.

Tiga November-ku kali ini,
dengan dikelilingi orang-orang tercinta,
yang dengan tulus senantiasa memanjatkan doa
untuk sempurnanya Pelangi yang sedang kulukis
Yang senantiasa menerimaku dengan tangan terbuka
tanpa melihat banyaknya beda yang terlihat nyata

Tiga November-ku kali ini....
Tidak akan pernah terlupa

Terima kasih, telah memberiku banyak Cinta dan Doa

Selasa, 22 Oktober 2013

Saat Kau Mengajariku Berdoa


Saat kau mengajariku berdoa
Kau lakukan dengan cara yang
belum pernah aku kenal
Namun...
Kau lakukan dengan penuh cinta
Kau bimbing langkahku
Kau arahkan jalanku

Saat kau mengajariku berdoa
Aku hanya dapat merasakan ketenangan
Aku tidak merasa terpaksa
apalagi dipaksa

Saat kau mengajariku berdoa
seakan itu mengatasi segala perbedaan kita
karena doa adalah
bahasa yang universal

Terima kasih
Kau telah mengajariku berdoa

Dua Puluh Delapan


 October 10th, 2013

Hari ini, 
tepat dua puluh delapan bulan kita bersama
Semoga tetap banyak cinta,
tawa dan bahagia 
Semoga kebersamaan kita 
kekal
Semoga Tuhan
 memberkati hubungan kita
Semoga ini menjadi awal 
dari sebuah kata "selamanya"
Semoga...

Rabu, 02 Oktober 2013

Aku Sedang Ingin Memaki






Jangan mengharapkan sebuah tulisan yang tertata rapi 
dengan tata bahasa yang santun. 
Aku sedang ingin memaki!

Memaki perempuan yang bernama Suci.
Brengsek sekali keberadaannya dalam hidup ini. 
Mungkin bagi sebagian besar orang, 
termasuk laki-laki yang aku cintai, 
keberadaannya di dunia ini adalah 
sebuah berkah, anugerah, or whatever lah!! 

Tapi buatKU, keberadaannya adalah sampah!!!

Perempuan sialan!!!.

Menyesal sekali aku pernah menyebutmu Malaikat.
Karena kau tak lebih dari sampah!!

Sampah!!!

Sampah!!!

Sampah!!!

Sampah, yang masih disimpan dan kembali dipungut.

Selasa, 01 Oktober 2013

Mengerti?!


Aku mengerti...
akan semua luka yang telah aku timbulkan

Aku mengerti...
akan semua luapan amarahmu

Aku mengerti...
akan semua perubahan sikapmu

Aku mengerti....
akan semua pertengkaran kita

Aku mengerti...
akan hilangnya hakku untuk membela diri

Aku mengerti...
bahwa semaunya terjadi karena salahku
yang berulang kali

Aku mengerti...
bahwa sekarang saatnya aku diam
dan membuktikan 
niatku untuk berubah
menjadi lebih baik

Aku mengerti....
Aku sangat mengerti.

Aku mengerti...
tanpa perlu kau teriakkan kata,
"Mengerti?!"

Senin, 23 September 2013

Kamu dan Teh Susu


"Minum air putih dong..."

Kamu pasti bosan dengan omelanku yang satu itu. Karena aku selalu mengucapkan itu setiap kali kamu membuka botol teh susu-mu yang kesekian. Dan seperti biasa, kamu hanya menjawab omelanku denan senyuman jahil khas kamu.

Aku bukan penyuka minuman manis. Bahkan aku selalu minum teh-ku, kental dan tanpa gula.

Tapi bukan itu yang membuatku selalu mengomel tentang kebiasaanmu minum minuman manis dalam kemasan praktis itu. Aku hanya ingin kamu minum air putih. Buat mengimbangi aktivitasmu, pola makanmu, serta kebiasaanmu merokok.

"Kamu lama-lama bisa jadi mumi." sering kali aku berucap begitu.
Karena kebiasaan kamu minum minuman dalam kemasan, yang menurutku pasti banyak mengandung pengawet. Menurutku, it's ok minum minuman dalam kemasan, tapi sesekali saja. Jangan dijadikan minuman tetap. Apalagi sampai punya persediaan yang berlimpah.

Aku juga bukan orang yang punya kebiasaan hidup sehat. Aku pecandu kopi. Aku penyuka teh. Tapi aku tidak menyukai kedua jenis minuman itu, dalam bentuk kemasan praktis. Aku lebih suka teh dan kopi yang diseduh sesaat sebelum dinikmati. Dan.... tidak manis.

Kamu suka sekali teh susu.

Aku sampai penasaran, apa enaknya. Sesekali aku ikut mencoba menyesapnya sedikit dari botol yang kau buka. "Not bad..." selalu itu komentarku. Tapi, tidak juga membuatku menyukainya. Dan aku tetap menceramahimu untuk lebih banyak minum air putih, kurangi minuman manis, dan hindari pengawet.

Namun tetap saja, teh susu selalu hadir dalam hari-hari kita, karena kamu suka sekali teh susu.

Hari ini, aku minum teh susu-mu. Aku juga tidak tahu, kenapa tanganku reflek meraih botol itu dari lemari pendingin sang penjual minuman.

Lama aku pandangi botolnya. Sejenak semua percakapan kita tentang si teh susu ini melintas dalam benakku. Tanpa sadar aku tersenyum. Perlahan aku buka tutupnya, dan aku mulai meminumnya. Sedikit demi sedikit teh susu itu masuk dalam tenggorokanku. Rasa dan aromanya menghidupkan kembali semua kenangan tentangmu, saat di sisiku. Kupejamkan mataku, mencoba untuk memperjelas hadirmu di benakku. Tanpa sadar sebutir air mata mengalir di mataku, jatuh dan membasahi pipiku. Aku sangat merindukanmu.

Kau mungkin tersenyum simpul saat membaca ini. Dan mungkin, seperti aku, kamu pun akan sejenak membayangkan kembali hari-hari kita dahulu. Canda, tawa, kekonyolan, dan kadang amarah yang sering kita bagi. Hal-hal sederhana yang sekarang sangat sulit kita rasakan. Kedekatan yang semakin sulit untuk bisa kita nikmati. Dan juga omelan tentang teh susu yang makin jarang kamu dengar.

Aku tetap tidak menyukai teh susu, yang telah habis kuteguk. Masih kugenggam dan kupandangi botolnya, dengan sisa air mataku. Tapi, aku menyukai kenangan tentangmu dan kebiasaan kita, saat meneguknya.

Aku tetap tidak menyukai teh susu. Aku menuliskan ini, hanya karena aku sangat merindukanmu.
Aku sangat merindukanmu...



Karena Aku, Tak Bersayap




Hujan...

Kupandangi air yang berlomba jatuh membasahi bumi
Perlahan kudongakkan kepalaku, memandang Langit.
 
Gelap...

Angin yang berhembus terasa dingin dan menyiksa
Perih di kulit, menusuk tulang
Sepertinya jauh harapanku untuk melihat Sinar Matahari
Yang dapat menggantikan suram sang Langit
dengan cerianya Pelangi...

Banyak sekali warna dalam Pelangi-ku
Tak hanya warna ceria, namun banyak juga 
warna yang suram...

Setiap kali aku ingin menggoreskan warna,
selalu kuniatkan sebuah warna yang indah dan cerah
Warna yang dapat mengukir senyum di bibir
setiap orang yang memandangnya
Warna yang membawa kehangatan bagi 
setiap orang yang melihatnya

Namun seringkali yang tergoreskan,
justru warna yang suram
Warna yang merusak keindahan Pelangi-ku
Warna yang tak mungkin dihapus 
ataupun kututup dengan warna lain...

Bukan aku tidak mengerti seperti apa bentuk Pelangi
sehingga aku salah melukiskannya
Bukan aku tidak mengerti seperti apa warna Pelangi
sehingga aku salah memilih warna

Hanya saja...

Kadang mataku terlalu perih karena air mata
sehingga mengaburkan pandanganku
Kadang telingaku kerap mendengar banyak tanya dan prasangka
sehingga benakku suram
Hingga tanpa sadar kugoreskan warna
yang gelap...
Warna yang merusak keindahan Pelangi-ku.

Sekuat tenaga aku mencoba untuk 
menggoreskan warna indah
Namun kadang aku tak mampu melawan
rasa putus asa dan lelah yang mendera
Sekuat tenaga kucoba mengangkat tangan dan melukis lagi
namun kadang terasa lunglai
Dan sekuat tenaga aku selalu mencoba untuk tetap berdiri tegak
menatap Langit...
Namun kadang gelap dan mendung sang Langit 
membuatku terpuruk

Aku selalu mencoba sekuat tenaga
untuk segala hal indah yang ingin kugapai
Sekuat tenaga, percayalah...
Namun aku tak selalu sempurna
Aku adalah Irma, manusia biasa dan bukan seorang Malaikat

Tak adil rasanya menuntutku untuk selalu benar
Tak adil rasanya, memintaku terus berdiri tegak
dalam terpaan badai, tanpa mau menopangku
Tak adil rasanya, meninggalkanku saat
kuterjatuh dalam kubangan lumpur
tanpa mau mengulurkan tangan untuk menarikku keluar

Masih Hujan...

Aku hanya mampu berharap,
Hujan ini akan segera terhenti
Aku hanya berharap, Langit akan merengkuhku 
ke dalam pelukannya,
dan melindungiku dari terpaan angin yang dingin dan menusuk
Aku hanya berharap, Langit akan memberikan Sinar Matahari untukku,
dan kembali menghadirkan Pelangi...

Sinar Matahari, yang akan mengusir gelap sang Langit
Sinar Matahari, yang akan menuntunku melukiskan
warna yang benar dalam Pelangi-ku
Sinar Matahari, yang memang berhak aku dapatkan kembali

Dalam doa selalu kubisikkan,
Cintailah aku, dengan semua kekuranganku
Terimalah aku, tanpa melihat masa laluku

Karena aku, tak bersayap...

Ketemu Kamu



Ketemu Kamu,

Dapat menyentuh dan merasakan kamu...
teramat dekat dan nyata,
Saat dimana kamu tak hanya berupa
suara atau kata-kata
Adalah kebahagiaan besar buatku

Ketemu Kamu,

Dapat mendengar detak jantungmu
yang pasti kutahu, hanya berdetak untukku
Dapat merasakan napasmu
yang terhembus nyata, untuk membahagiakanku
Adalah hal yang selalu ingin aku rasakan

Ketemu Kamu,

Mendengarkanmu menguntai kata dan doa
yang aku tahu untuk membimbing jalanku
Memandangmu melukiskan senyuman
yang selalu aku rindukan
Adalah sekian dari banyak hal yang membuatku
merasa sangat dicintai

Ketemu Kamu

Menguatkan kembali ikatan cinta
yang ada di antara kita
Menghapuskan semua luka
yang pernah timbul dan menyiksa

Ketemu Kamu

Hanya dua kata...
Tapi bagiku, lebih


Selasa, 10 September 2013

Doa Untuk Cinta


Terima kasih Tuhan, untuk penyertaan-Mu hingga hari ini.
Penyertaan-Mu yang sempurna,
yang selalu membimbingku, dan menguatkanku,
hingga aku bisa tiba pada hari ini.
Hari dimana perjalananku menginjak bulan ke-27
Sebuah perjalanan yang telah Kau rancang, 
sebagai bagian dari Rencana Indah-Mu, untukku
Tanpa penyertaan-Mu, tak mungkin kakiku mampu melangkah
hingga hari ini.
Karena kelemahanku, sering kali aku lelah dan putus asa,
hingga jalanku menyimpang dari rencana-Mu.
Karena kelemahanku, sehingga aku pernah berpaling,
dari takdirku...
Terima kasih Tuhan, untuk selalu menghadirkan cinta 
dalam hari-hariku.
Cinta yang tulus dan tak tergantikan,
cinta yang Kau tuliskan untukku.
Walaupun sering kali, aku mengkhianati cinta itu...
Terima kasih Tuhan, karena Kau telah
memberikan kekuatan, pada cinta itu,
untuk tetap bertahan...
Pada hari ini Tuhan, aku mohon penyertaan-Mu,
jamah dan sentuh cinta itu,
basuh segala lukanya...
beri kekuatan padanya untuk melupakan segala luka,
yang telah aku torehkan.
Dampingilah, dan sembuhkan lukanya.
Terima kasih Tuhan, untuk segala kesempatan,
yang Kau berikan,
hingga aku dapat sampai pada hari ini.
Bimbinglah aku, jauhkan aku dari segala cobaan dan godaan.
Dalam nama-Mu, aku berdoa untuk cintaku.
Amin

Senin, 26 Agustus 2013

Iwan dan Aku



 Ini adalah kisahku....
Yang aku tuturkan untuk menjawab
semua "mungkinkah" dan "mengapa"
Bacalah...
Teruskan jika suka,
namun berhentilah jika tak mampu meneruskan.
Karena...
Aku hanya ingin menuliskannya,
sebagai bagian dari perjalanan hidupku...
Awal dari semuanya...


Iwan dan aku, kami adalah sepasang manusia dengan sejuta perbedaan. Aku seorang wanita yang talk-active, temperamental, spontan dan moody. Sedangkan Iwan, seorang pria yang tenang, dewasa, selalu dapat mengendalikan perasaannya, namun sedikit sensitif. Kalau digambarkan, aku adalah api dan Iwan adalah air. Itu baru dari segi karakter. Masih ada lagi perbedaan kami. Kami berasal dari dua suku yang karena warisan sejarah, menjadi dua suku yang selalu bertolak belakang dalam hal apapun. Baik itu dari tradisi, cara hidup, dan cara memandang satu sama lain. Lalu untuk masalah keyakinan, kami masing-masing memeluk keyakinan yang berbeda, dan lagi-lagi, dua keyakinan yang sangat bertolak belakang secara ekstrem, khususnya di Indonesia.

Kami berawal dari sepasang sahabat, yang sering berbagi tawa, canda dan akhirnya cerita. Sepasang sahabat yang dipertemukan karena luka yang sama. Kegagalan kami dalam berumah tangga.

Iwan adalah tempatku bercerita, bertanya atau sekedar bersandar pada saat lelah menghampiri. Banyak hal baru yang aku temukan saat aku berbagi dengannya. Caranya memandang hidup, perjuangannya dalam mengatasi hidup, dan perjuangannya dalam mengalahkan egonya sendiri, membuatku memandangnya secara lebih. Melalui berbagai kisahnya, aku tahu betapa hebat perjuangannya menjalani hidup. Mengorbankan ego, demi dapat memahami arti hidup secara lebih. "Naik kelas" begitu Iwan selalu dengan candanya, menjelaskan mengapa dia melakukan semua itu. Mengenalnya lebih jauh, membuat mataku terbuka, bahwa hidup itu indah. Seperti yang selalu dikatakannya "Life is beautiful..." 

Iwan adalah seorang yang jujur. Baginya, kejujuran ada di atas segalanya. Itu prinsip terpenting dalam hidup ini, katanya.

Dari sepasang sahabat, kami menapak ke hubungan yang lebih serius.

Sebuah hubungan yang aku sembunyikan, karena keadaanku, karena ketakutanku. Aku tahu, ini sangat tidak adil bagi Iwan. Tapi, sekali lagi, dengan kedewasaannya, dia dapat menekan rasa tidak puasnya akan hal ini. Dia menerima, walaupun aku tahu dengan berat hati, tapi dia tetap menerimanya, dan menjalani hubungan ini, serta menjadikanku wanita yang paling berbahagia di dunia.

Dia mengajariku banyak hal baru. Termasuk mengungkapkan rasa sayang kita kepada orang-orang yang kita sayang, selalu, setiap saat. Karena, katanya, cinta adalah hal indah yang harus selalu berulang kali diungkapkan dan dikatakan. Dia juga mengajariku menulis. Menumpahkan apa yang aku rasa, dalam bentuk tulisan. Banyak tulisan di awal blog ini, adalah gambaran betapa bahagianya aku memiliki Iwan. Betapa berwarnanya hidupku.

Hubungan kami berjalan. Dan tidak selalu manis. Banyak masalah yang timbul. Mungkin karena memang salahku, memulai sebuah hubungan yang aku tutupi. Pertentangan dari berbagai pihak yang sudah "mencium" adanya hubungan diantara kami berdua, sedikit banyak mengganggu kami. Iwan, adalah sebuah pribadi yang "merelakan pasangannya untuk berbahagia, dengan cara apapun" sedangkan aku, aku adalah sebuah pribadi yang percaya bahwa "kita harus berjuang mempertahankan cinta, dengan cara apapun".
Saat itu, aku kadang merasa bahwa Iwan menyerah. Ya, memang saat ini aku tahu, aku salah. Namun, saat itu, hal itulah yang aku rasakan.

Banyaknya masalah, dan banyak pertengkaran yang kami lalui. Hingga akhirnya hal itu terjadi. Aku berpaling dari Iwan. Jenuh, lelah, menghadapi ketidakpastian dalam menjalani hubungan, pertentangan dari banyak pihak, ditinggalkan teman-teman terdekat, membuatku sejenak berpaling dari Iwan. Berpaling ke sebuah sosok yang memiliki banyak persamaan denganku. Sosok yang semula aku kira, akan dengan cepat merubah hidupku, sosok yang berasal dari sebuah dunia yang berbeda. Aku berpaling, demi suatu hal yang semu dan benar-benar baru. Aku berpaling dan menorehkan luka, serta mengukir kenangan buruk yang tak mungkin terlupakan, di hidup Iwan.

Saat Iwan mengetahuinya, aku memohon dan memohon untuk kembali. Memohonnya untuk menerimaku lagi. Walaupun aku tahum akan sulit bagi Iwan untuk dapat menerima sebuah perselingkuhan. Tapi, karena cintanya yang besar, dia menerimaku, memaafkanku, dan sekuat tenaga berusaha untuk menyembuhkan luka hatinya. Dengan caranya, dia mengajariku untuk kembali ke jalan yang "lurus" dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Namun aku, tetap mengulanginya, sampai kali ketiga. Kecil harapanku, Iwan mau memaafkan dan menerimaku lagi. Aku tak mampu memohon, hanya memendam rasa sakit. Sakit, akibat perbuatanku sendiri

Hubungan kami berubah sejak kali pertama Iwan mengetahui perselingkuhanku. Tak ada lagi rasa percaya dari Iwan untukku. Pertengkaran makin kerap terjadi. Aku sadar, aku telah menorehkan luka yang terlalu dalam baginya. Namun sebesar apapun kesalahan yang telah aku lakukan, selalu Iwan memaafkan dan menerimaku lagi. Hal ini lebih menyakitkan bagiku, daripada makian atau teriakan. Dihantui rasa bersalah, adalah perasaan yang paling tidak mengenakkan. Menyiksa.

Iwan sering kali bertanya, mengapa sulit bagiku untuk lepas dari sosok itu. Dan aku, tak tahu harus menjawab apa. Karena semua kuawali tanpa pikir panjang. Hanya sejenak pelarian dari himpitan masalah. Banyak pertanyaan yang tak terjawab. Bukan karena aku berbohong, tapi karena aku memang sekuat tenaga sedang berusaha melupakannya.

Hari demi hari, kulalui dengan tudingan dan desakan pertanyaan, yang mengajakku selalu menengok ke belakang, menggali ingatan yang sedang berusaha aku kubur dalam-dalam. Membuat sosok itu tetap "hidup" di antara kami.

Sungguh, ingin sekali aku melupakannya. Aku malu dengan kesalahanku. Aku malu dengan perselingkuhanku.

Ingin sekali kuraih kepercayaan Iwan. Ingin sekali kudapat cintanya. Walaupun aku sadar, hal itu tak mungkin sama, seperti saat pertama, karena aku terlanjur melukainya.

Sering kali ragu saat ingin mengungkapkan rasa cinta pada Iwan. Karena aku takut, jangan-jangan hal ini malah akan mengorek luka lamanya yang belum kering. Malu, karena bagaimana mungkin aku mengatakan cinta, setelah semua yang aku lakukan kepadanya. Kata-kata, sering kali menjadi bumerang bagiku. Aku takut.

Bulan ke 27 dari hubungan yang telah kucoreng, masih kujalani dengan harapan besar, akan masa depan kami. Harapan yang besar untuk bahagia kami. Aku masih berharap.

Itulah Iwan dan Aku. Siapapun yang membacanya, ketahuilah, bahwa aku mencintainya, dan sedang berusaha mempertahankannya di sisiku. Jangan ambil, jangan pisahkan. Karena aku mencintainya.



 





Jumat, 16 Agustus 2013

Karena Cintamu Sempurna



Aku belajar mencintaimu
Mencintai Tanpa Syarat apapun
Meski kau yang tersulit untukku
Tapi aku tak ragu

Kini kita sudah semakin jauh
Bahkan sulit untuk kembali
Kuberi semua yang ada padaku
Tanpa syarat apapun

Aku ingin terus ada di hatimu
Aku lelaki yang tak bisa mudah menggantimu
Meski aku takut akan kelemahanmu
Ku takkan lari karena cintaku sempurna

Kini kita sudah semakin jauh
Bahkan sulit untuk kembali
Kuberi semua yang ada padaku
Tanpa syarat apapun

Aku ingin terus ada di hatimu
Aku lelaki yang tak bisa mudah menggantimu
Meski aku takut akan kelemahanmu
Ku takkan lari karena cintaku sempurna


(Cinta Tanpa Syarat - song by Afgan)


Sebuah lagu yang kau kirimkan, setelah semua sakit yang kau dapatkan, dari mencintaiku.
Penuh air mata kubaca perlahan kata demi kata dalam lagu ini. Seolah suaramulah yang berbisik lirih dan pedih di telingaku. Tersayat hatiku mendengar alunan nada dan lirik lagunya.

Terbayang semua perbuatanku padamu. Terbayang betapa terlukanya dirimu. 
Aku sampai tak mampu memohon untuk kembali. Aku hanya terdiam, menahan dan menelan semua luka hati, luka yang aku sebabkan sendiri. Sakit yang menyiksa, akibat perbuatanku sendiri.
Ingin mengadu, tapi sangat merasa tak pantas. 

Hari demi hari berlalu bagai neraka. Hidup serasa sangat menyiksa. Hampir tak sanggup aku menanggungnya.

Lalu kau datang, datang kembali, dengan segala pengampunan dan cinta yang sama. Tercekat aku memandang sosokmu, yang terpampang nyata di hadapanku. Saat kutanya, kenapa kau datang, kau hanya menjawab karena cintamu padaku, sempurna.

Sesosok lelaki yang akan selalu aku perjuangkan, telah membuktikan, bahwa cintanya yang sempurna mampu mambasuh semua luka di hatinya, yang telah hancur dan terkoyak, berulang kali, karena kesalahanku yang sama. Dia mencintaiku dengan begitu sempurna, dengan segala yang ada pada dirinya. Memberikanku sayap untuk dapat terbang, tapi dia juga memberiku akar yang kokoh untuk selalu kembali dan dia memberikanku alasan yang kuat untuk tetap tinggal di sisinya. Karena cintanya padaku, sempurna.

Terima kasih untuk selalu mencintaiku, Yuliawan Indra Budhi.
Ijinkan aku bersama waktu, membuktikan bahwa aku juga memiliki cinta yang sama untuk dirimu.

10.06.2011 - 10.08.2013

Rabu, 14 Agustus 2013

Bola golf, Batu koral, pasir, dan kopi




Seorang professor berdiri di depan kelas filsafat dan mempunyai beberapa barang di depan mejanya. Saat kelas dimulai, tanpa mengucapkan sepatah kata, dia mengambil sebuah toples mayones kosong yang besar dan mulai mengisi dengan bola-bola golf.
Kemudian dia berkata pada para muridnya, "apakah toples itu sudah penuh?"
Mereka menyetujuinya.
Kemudian dia mengambil sekotak batu koral dan menuangkannya ke dalam toples. Dia mengguncang dengan ringan. Batu-batu koral masuk, mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf.
Kemudian dia bertanya pada para muridnya, "apakah toples itu sudah penuh?"
Mereka setuju bahwa toples itu sudah penuh.
Selanjutnya profesor mengambil sekotak pasir dan menebarkan ke dalam toples.
Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya. Profesor sekali lagi bertanya, "apakah toples sudah penuh?"
Para murid dengan suara bulat berkata, “Yes”
Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dari bawah meja dan menuangkan isinya ke dalam toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir. Para murid tertawa.
“Sekarang,” kata profesor ketika suara tawa mereda, “Saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu.”
Bola-bola golf adalah hal-hal yang penting – Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para sahabat. Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih tetap penuh. Batu-batu koral adalah segala hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil. Pasir adalah hal-hal yang lainnya – hal-hal yang sepele.
Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples,” lanjut profesor, “Maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu-batu koral ataupun untuk bola-bola golf. Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu.”
“Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal yang sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting buat kalian.”
“Jadi …”
Beri perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu. Bermainlah dengan anak-anakmu. Luangkan waktu untuk check up kesehatan. Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam. Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah dan memperbaiki perabotan.”
“Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola-bola golf – Hal-hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasir-nya.
Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, “Kopi mewakili apa?”
Profesor tersenyum, “Saya senang kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah begitu penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat.”

Bulan kepada Malaikat




 Menyakitkan bagiku saat tahu,
dia menganggapmu seagung Malaikat
 Karena...
Aku bukan lagi Pelangi baginya
Aku hanyalah Bulan
Karena segala kesalahan dan kelemahanku,
baginya aku menjadi tak berwarna

Dia tidak membutuhkan Bulan,
karena dia tetap mencari Pelangi

Jikalau engkau memanglah sesuci namamu,
dan seagung Malaikat,
seharusnya kau tak perlu hadir mendampinginya
saat ini.
Saat dimana aku kehilangan warnaku di matanya

Aku sangat membencimu!
Karena saat kau berada di sekitarku dan Dia,
kau menjelma menjadi Bayangan
Bulan dengan sinar pucat tak berwarnanya,
dan Malaikat dengan bentuk indahnya,
bila berdekatan, hanya akan menciptakan sebentuk bayangan.
Bayangan yang terus mengikuti langkahnya.
Bayangan yang berbentuk Malaikat.

Jikalau engkau memanglah sesuci namamu,
dan seagung Malaikat,
Kau tak perlu hadir di antara kami

Baginya, dan selamanya, kau tetaplah Malaikat
Namun...
Bagiku kau tetap sebentuk Bayangan,
yang mengganggu dan menghalangi pandangan
dan terus mengikuti

Aku membencimu!



Selasa, 14 Mei 2013

Pudarnya Jalan Pelangi


Mencoba menyentuh Jalan Pelangi
dan meratapi warna yang telah pergi

Mencoba menggenggam Jalan Pelangi
di tengah badai yang tak kunjung berhenti

Mencoba memeluk Jalan Pelangi
di tengah kesendirian

Mempertahankan Jalan Pelangi
saat kau seolah tak lagi peduli 

Jalan Pelangi....
masihkah memiliki arti?

Senin, 06 Mei 2013

Biru-ku dalam Keabadian




Hari ini matahari bersinar cerah
Menghiasi akhir minggu yang kelabu untukku 
Akhir minggu dimana aku harus melepasmu, 
merelakanmu menuju keabadian

Mungkin Surga memang telah menantimu
Sehingga diberikan hari yang cerah untuk mengiringi kepergianmu 
Seperti kehadiranmu yang mampu 
membawa keceriaan dan kebahagiaan 
Walau hanya sesaat

Surga tidak menghadirkan rintik hujan
Dan tidak mengijinkan hadirnya awan kelabu 
Supaya ringan langkahmu 
Menuju keabadian

Namun...
Aku belum merelakanmu...
Karena aku telah sangat mencintaimu
Sejak pertama aku menyadari kehadiranmu
Aku belum merelakanmu...
Karena belum banyak yang aku lakukan untukmu 
Aku belum merelakanmu...
Karena begitu besar harapan yang aku tumpukan padamu

Aku belum merelakanmu....

Berbeda dengan keceriaan hari ini yang dihadirkan segenap isi Surga untukmu 
Aku melepasmu dengan air mata yang mengering
 Pedih dan tercekat 
Terasa sangat hampa

Beribu pertanyaan ingin kuteriakkan
Dengan kemarahan dan air mata
Namun tiap kali kubuka mulutku
Hanya terucap rintihan "mengapa"

Aku sangat kehilanganmu
Separuh hatiku terasa hilang
Hanya tersisa rasa hampa yang perih
Aku ingin tetap memelukmu
Menikmati setiap detik dari hari yang akan kita jalani 

Sekuat tenaga kucoba mempertahankanmu 
Kutempuh segala cara 
Kukejar kemanapun juga peluang yang ada 
Hingga habis dayaku 
Dan pada akhirnya aku harus menyerah 
Menyerah, tapi aku belum rela

Saat mereka mengambilmu,
dan mengambil segalanya dariku
Tak ada yang tersisa bagiku,
untuk menggenggammu
Tak ada tempatku bersandar,
untukku menumpahkan tangis
Hanya kenangan yang tertinggal dalam sayatan perih,
yang akan kusimpan hingga ujung usiaku

Setelah melepas kepergianmu
Aku hanya ingin meratap dan menangis
Karena kebahagiaan yang belum terbagi
Terganti dengan kehilangan yang sepi

Sendiri kusambut hadirmu
Sendiri pula kulepas kepergianmu
Sendiri harus kucoba bangkit dan mempersiapkan hati untuk dapat merelakanmu
Agar Biru-ku tenang dalam keabadian

Biarlah kutitipkan engkau di langit keabadian
Bersama dengan ribuan bintang
Agar saat kumerindukanmu
Aku dapat selalu memandangmu

Namun...
Saat ini aku masih belum bisa
Saat ini masih terasa sangat perih
Saat ini aku masih belum rela

040513

Kamis, 02 Mei 2013

Biru


Biru....

Bahagia saat kutahu ada Biru dalam hidupku
Biru yang akan melengkapi Pelangiku
Biru yang merekatkan kembali kisah yang pernah retak
Biru sebagai tumpuan segala harapanku

Biru....

Sendiri kudekap Biru dalam bahagiaku
Sendiri kunikmati bahagia yang memuncak
Sendiri kutegarkan hati saat ketakutan hadir menyapa
Sendiri...

Ingin rasanya aku menikmati Biruku bersamamu
Berbagi bahagia, berbagi tawa, berbagi harapan
Berbagi Biru...

Namun jarak dan waktu seolah
memudarkan bias bahagiamu
Jarak dan waktu menghalangiku
untuk melihat asa-mu

Tak dapat kulihat kerlip bahagia di matamu
Tak dapat kurasakan eratnya dekap bahagiamu
Hanya dapat kudengar tawa bahagiamu
dan nada ceria dalam kata-katamu
Samar dan kadang cepat memudar
Seolah bahagiaku bukan bahagiamu

Sedih....

Karena hanya satu keinginkanku
Aku ingin berbagi biru
Bersamamu...

Jumat, 26 April 2013

Menguntai Pelangi


Menguntai Pelangi...

Dalam kesendirianku

Menguntai Pelangi...
Dalam perihku

Menguntai Pelangi...
Dan menggabungkan warna baru,
seorang diri...

Namun tetap,
aku akan menguntai Pelangi.
Pelangiku...


Kamis, 25 April 2013

Warna Baru


Ada semburat warna baru dalam Pelangiku
Masih samar untuk dilihat mata
Tapi terasa sangat nyata untukku

Warna yang baru, yang belum pernah aku miliki
Warna yang akan melengkapi keindahan Pelangiku

Warna ini aku temukan tanpa sengaja
Dihadirkan tanpa aku duga
Tapi tetap saja terasa sangat indah
Sangat indah...

Semburat warna ini masih samar dan rapuh
Tapi aku telah jatuh cinta padanya
Aku ingin menjaganya dengan seluruh hidupku,
agar warna ini menjadi kuat dan nyata

Aku sangat menikmati semburat warna ini...
Walau saat ini hanya dapat aku nikmati seorang diri
Walau saat ini belum dapat aku bagikan keindahannya pada dunia
Tapi aku yakin, warna ini adalah warna yang indah
Warna yang Tuhan pilihkan untukku
Warna untuk melengkapi Pelangiku

Warna baruku....
Sekuat tenaga aku akan menjagamu
Sepenuh hati aku akan mencintaimu
Hanya cinta dan tawa bahagia yang akan aku berikan kepadamu
Agar kau dapat menjadi warna yang ceria
Warna yang dapat menceriakan dunia ini
Warna yang dapat membuatku bangga

Warna baruku...
Memberiku semangat dan harapan baru, untuk menyelesaikan lukisan Pelangiku
Memberiku alasan untuk selalu kuat, menjalani hariku
Memberiku senyum indah, setiap kali aku mengingatmu

Warna baruku....
Semoga menjadi jawaban atas doaku
Semoga menjadi petunjuk arah bagiku
Semoga dapat memulihkan kembali arti dari kata "selamanya"
Semoga....

250413