Rabu, 19 Desember 2012

Unfinished Puzzle



Still there's many question
from the pieces of unfinished puzzle
of the past ...

I try to find out
the answers ...
and try to arrange it into a perfect
and complete picture ...
A picture that will tells me
that all my doubts are wrong ...
A picture that will show me
a different kind of image,
from what I've trying to paint in my mind with 
jealousy ...

When i try to find out it all,
it hurts me more ...
Because those pieces 
bring another pieces,
that confuse me ...
and makes me willing to ask
another questions
And the more I get the answer
the more I hurt my self ...

So I just standing here,
from a distance,
and still look at those pieces
of unfinished puzzle
without an courage to quetioned it.

Selasa, 18 Desember 2012

Selamat Pagi Luka


Selamat pagi Luka ...

Pagi ini hadirmu kembali kurasa
Dengan rasa sakit yang sama,
yang telah kukenal dan tak asing rasanya
Pagi yang seharusnya ingin kumulai dengan tawa
Pagi yang ingin kumulai dengan menggoreskan warna indah
Pagi yang ingin kumulai sebagai hari yang baru

Selamat pagi Luka ...

Kenapa bayangan mampu menghadirkanmu kembali?
Kenapa kata demi kata hanya membuatmu semakin menganga
Kata demi kata yang kuharap dapat membantuku,
membalutmu, menyebuhkanmu, mengeringkanmu, dan membuatmu lenyap.

Selamat pagi Luka ...

Kumohon jangan lagi datang menyapa
Aku ingin meningggalkanmu untuk selamanya
Aku ingin melangkah tanpa keraguan
Aku ingin melupakan rasa sakit karenamu

Selamat pagi Luka ...

Maaf karena aku tak mampu membalutmu
Maaf karena aku tak mampu membuatmu berhenti berdarah
Maaf karena aku tak mampu membuatmu kering
Maaf karena kau tak mampu membuatmu lenyap

Aku tak mampu,
bukan aku tak mau ...

Pagi ini, aku hanya merasa lelah ...
Lelah karena rasa sakit yang berulang muncul,
tanpa pernah aku duga
Lelah karena sesaat aku merasa sangat bahagia,
dan tiba-tiba kau hadir kembali karena bayangan yang sama
Bayangan yang harusnya tertinggal jauh dibelakang
Bayangan yang bermunculan tanpa diundang
Bayangan yang seolah siap merobek lembaran baruku
Bayangan yang muncul karena kesalahanku
Bayangan yang aku benci

Selamat pagi Luka ....

Pagi ini kau membawa air mata,
yang terus mengalir tanpa mampu aku hentikan
Pagi ini kamu membawa lara,
yang menggores perih jauh dalam hati

Selamat pagi Luka ...

Sungguh disayangkan aku kembali harus menyapamu, pagi ini ...

Senin, 17 Desember 2012

Ratu Tanpa Mahkota



Setiap wanita ingin menjadi Ratu, begitu pula aku.
Karena, di setiap kerajaan, hanya ada satu Ratu.
Satu, dan tak tergantikan ...
Satu, dan untuk selamanya ...
Satu, dan yang paling utama ...

Ratu, adalah simbol egoisme wanita
Simbol bagi segala keinginannya.
Keinginan untuk menjadi satu-satunya ...
Keinginan untuk menjadi segalanya ...
Keinginan untuk dipuja ...
Keinginan untuk dimanja ...
Keinginan yang ingin dimengerti, tanpa harus terucap.
Keinginan dalam hati, bukan suara di bibirnya ...
Keinginan, di antara berjuta keinginan.

Aku adalah seorang Ratu ..
Yang berjalan penuh tawa di kebun bunga
Yang menari riang di jalan yang penuh warna
Yang selalu menjadi yang utama dan satu-satunya
Yang selalu aman terlindung dari segala luka
Yang tak pernah kurang akan siraman cinta
Yang hanya tahu, bahwa tugasku hanyalah satu :
selalu merasa bahagia ...

Aku adalah seorang Ratu, yang berjalan tanpa mahkota

Dulu, itu bukan masalah
Karena, dengan atau tanpa mahkota,
aku tetaplah seorang Ratu.
Atau, setidaknya begitulah dulu aku merasa dan menerimanya.
Dulu ....
Sebelum aku tahu, bahwa di belakangku,
ada banyak Ratu.
Entah yang sudah berhenti berjalan, atau yang masih mengikuti.
Mengikuti dari jauh, atau mengikuti dan semakin mendekat.

Ratu-ratu di belakangku ...
Yang juga merasakan hal sama ...
Yang juga diperlakukan sama ...
Yang juga dicintai dengan cara yang sama ...
Ratu-Ratu dibelakangku mungkin mendapatkan yang sama,
mungkin mendapatkan yang lebih dariku.
Ratu-Ratu di belakangku,
masing-masing megenakan mahkotanya.

Aku tidak pernah bisa menghalau Ratu-Ratu di belakangku,
untuk tidak mengikuti jalanku.
Aku juga tidak pernah bisa mencegah kepalaku untuk tidak menengok ke belakang,
saat para Ratu itu bernyanyi atau menari.
Aku menengok ke belakang,
dengan pandangan mata yang mendamba,
ingin merasakan apa yang sudah dan pernah mereka punya:
mengenakan mahkota.

Aku seorang Ratu, hanya saja jalanku berbeda ...
Aku seorang Ratu, yang tidak sempurna ...
Atau mungkin karena itulah, aku tidak mengenakan mahkota?
Atau mungkin aku belum layak menyebut diriku Ratu?
Atau  mungkin selama ini, akulah yang mengangkat diriku sendiri, menjadi Ratu?
Karena semua orang tahu, Ratu selalu mengenakan mahkota.

Jangan jadikan aku Ratu, jika pernah ada banyak Ratu lainnya ...
Jangan jadikan aku Ratu, jika memang belum saatnya ...
Jangan jadikan aku Ratu ....
Karena aku tak ingin menjadi Ratu Tanpa Mahkota.







Jumat, 14 Desember 2012

Mawar Tanpa Duri



Friend, Lover and Sister ...
Itu yang kau katakan melalui 23 kuntum mawar segar, tanpa duri
yang aku dapatkan pagi ini yang langsung menghangatkan hariku.
Dan seketika, senyum menghiasi bibirku. 
Selalu ingin dapat menjadi semua itu bagimu ...
Mewarnai hari-harimu ...
Melengkapi hidupmu ...
Sama,
seperti yang kau lakukan padaku.
 Pagi ini kau kirimkan mawar tanpa duri

Mawar ....
Teringat kembali pembahasan kita mengenai mawar
Pernah kau katakan, kau ingin aku menjadi mawar
Indah dan mempesona tapi berduri,
yang mampu melukai siapa saja yang ingin menyentuhku.
Siapa saja, kecuali dirimu ...
Bagimu ...
Aku akan selalu menjadi mawar tanpa duri
Yang selalu membagikan keindahan bagi hidupmu
Menceriakan hari-harimu
Tanpa pernah melukaimu

Bahagia ... 
Terharu ...
Merasa sangat beruntung memilikimu ...

"Loved you once, love you still 
always have and always will ..."
Itu yang kau tuliskan menyertai bungamu
Dan aku tahu, aku dapat mempercayaimu,
karena kau adalah separuh dari hatiku.

Terima kasih telah mengirimkan Mawar Tanpa Duri
Yang akan selalu mengingatkanku,
agar selalu menjadi indah hanya bagimu ...
tanpa pernah menyakiti dan melukai ...
saat kau merengkuhku.

Aku mencintaimu,
dan bukan hanya kau pikir aku mencintaimu.

141212

Kamis, 13 Desember 2012

Setiap Wanita Menyukai Bunga






Setiap wanita menyukai bunga....
Aku wanita,
dan aku juga menyukai bunga.

Perasaan saat menerimanya ...
Perasaan saat mataku memandang warnanya ...
Perasaan saat kucium wanginya ...
Membuatku menyukai bunga.

Aku menyukai bunga ...
Dan mungkin kau tak pernah tahu itu.
Atau mungkin kau tahu, dan kau hanya tak mau mengirimkannya,
apapun alasanmu ...
Bagiku, itu tidak menjadi masalah karena aku mencintaimu, 
lebih daripada aku menyukai bunga.
Karena katamu, aku telah mendapatkan hatimu,
yang jauh lebih berarti daripada sekedar bunga.

Aku tetap menyukai bunga ...
hanya saja, aku tidak menunjukkannya kepadamu.
Karena kau tahu, sangat sulit bagiku untuk meminta.

Aku tetap menyukai bunga ...
yang tidak pernah aku terima.
Aku tetap bahagia, karena aku yakin,
kau memang tak pernah mengirimkannya,
dulu, sekarang ataupun nanti.

Aku masih tetap menyukai bunga,
saat aku terkejut dengan kenyataan yang tak pernah terungkap...
Sepenggal kisah yang sungguh sangat berbeda,
dengan apa yang aku anggap dan yakini kebenarannya.

Aku memeluk diriku sendiri dengan erat,
menahan rintihan yang hendak keluar dari mulutku
Aku menitikkan air mata, tapi hanya bisa menangis dalam diam,
Sakit ...

Sakit karena bukan hanya dia yang menyukai bunga,
aku juga suka ...
Tapi kenapa dia yang mendapatkannya darimu dan bukan aku?
Kenapa ...
Aku tetap menyukai bunga ...
Masih, dan tetap walau sepenggal kisah itu telah
menorehkan luka.

Sungguh aku sangat ingin melupakannya,
dan menghapus segala luka ...
Tapi rasa sakit itu masih tetap ada 
Yang membuatku berulang kali masih harus 
memeluk diriku sendiri, menahan tangis.
Aku ingin melupakannya ...
Karena aku tak ingin melangkah dengan luka

Aku masih sangat menyukai bunga ...










Senin, 10 Desember 2012

Aku Melihat




Terima kasih karena telah jatuh cinta lagi
Dengan cinta yang sama ...
Dengan kasih yang sama ...
Walaupun dengan serpihan hati yang telah terkoyak

Aku melihat semuanya ...
Bagaimana kau berusaha merekatkan lagi hatimu yang telah terkoyak
Bagaimana dengan susah payah kau kumpulkan serpihannya dengan satu tangan,
sementara tangan yang lain sibuk menyeka air mata yang terus mengalir di matamu
Bagaimana kau berusaha tersenyum di atas kepedihanmu
Bagaimana kau mencoba percaya setelah semua dusta

Aku melihat semuanya ...
Bagaimana aku menorehkan luka di hatimu
Bagaimana aku menari di atas penderitaanmu
Bagaimana aku menghancurkan lukisan indahmu
Bagaimana aku mencoreng kepercayaanmu
Aku melihat semuanya ...
Bahkan saat mataku terpejam.

Aku melihat ...
Bagaimana aku menghancurkan hatimu
Aku tak sanggup, maka kupejamkan kembali mataku

Sesaat aku melihat ...
Bagaimana aku melangkah tanpa dirimu
Bagaimana aku hancur karena harus kehilanganmu
Sesaat aku melihatnya, saat aku memejamkan mataku.

Aku tak mampu melihat semuanya
Aku takut melihat diriku berjalan sendiri tanpamu.
Namun ...
Saat kau mengatakan,
Bahwa kau telah jatuh cinta lagi kepadaku
Dengan serpihan hatimu
Tanpa sadar air mata mengalir di pipiku
Bahagia, karena begitu besar kau mencintaiku.
Mengalahkan segala luka yang telah aku torehkan, di hatimu

Aku berjanji tak akan lagi ada luka
Karena aku sangat ingin melihat ...
Kau berjalan di sampingku
Selamanya ...

Terima kasih karena telah kembali jatuh cinta ...
Aku bahagia

101212

1st Page on 18



Banyak sekali yang ingin aku tuliskan pada lembaran pertama ini
Aku hanya bingung, darimana aku memulainya
Bingung, apa yang harus aku tulis
Takut, karena aku telah mecoret lembaran-lembaran sebelumnya
yang telah dengan susah payah kita tulis dan lukis bersama
Takut, kalau aku tidak lagi memiliki lukisan dan cerita di lembaran ini
karena kesalahan yang telah aku perbuat.

"Aku salah, dan aku menyesal."
Sepertinya hanya kalimat itu yang terlintas saat aku
mengangkat penaku, untuk mulai menulis dan melukis di lembaran yang baru.

Lembaran ini masih sangat bersih
Aku takut menggoreskan cerita yang salah lagi
Aku takut menggoreskan lukisan yang menyedihkan lagi
Tapi aku juga tahu, lembaran ini tidak boleh selamanya kosong
Aku tahu itu ...

Lembaran ini harus kita isi dengan pelangi yang lebih indah
Lembaran ini harus kita isi dengan cerita yang lebih bahagia
Lembaran ini harus kita isi dengan lebih banyak doa dan harapan.
Lembaran ini harus menjadi bagian dari kisah indah
Bukan sebagai pengingat akan lembaran lama yang telah tercoret
Aku tahu itu ...

Namun ...
Betapa sulit bagiku untuk menuliskan kalimat indah
seperti yang dulu sering aku tuliskan dan telah aku ingkari
Betapa sulit bagiku untuk melukiskan pelangi
seperti yang dulu sering aku lukiskan dan telah aku coret dengan tinta hitam

Aku menyesal ...
Saat aku membalik lagi lembaran-lembaran yang telah rusak itu.
Semua tulisan dan goresan yang ada di situ
telah terbentuk menjadi kisah dan lukisan yang indah, walaupun belum selesai
Menyesal, kenapa sampai semua itu tergores tinta hitam.
Menyesal, kenapa aku mengijinkan diriku melakukannya.
Menyesal, karena aku telah meorehkan luka yang dalam dan tak kunjung kering.

Aku hanya berharap ...
Tanganmu tetap menggenggam tanganku,
membimbing langkahku agar tak lagi salah kakiku melangkah,
membimbing tanganku agar aku mampu menulis kisah yang indah,
dan melukis pelangi yang lain, yang lebih indah
Terlebih ...
aku ingin kau ijinkan aku untuk membasuh luka yang telah aku torehkan
di  hatimu ...

Karena aku, masih tetap mencintaimu.

101212


Senin, 24 September 2012

Hanya Waktu

 " ...anything's happened for a reason
and
time will give you all the answers.
Only time could. "
 

But my question is still the same : " Until when...?"

Jumat, 21 September 2012

Bukan Hanya Mimpiku



Maafkan kelemahanku ...
Saat aku merasa tak lagi mampu berdiri dan melanjutkan perjalanan
Saat nyaris aku akhiri semuanya
Karena aku merasa aku bukanlah yang terbaik untukmu
Begitu besarnya cintaku atas dirimu,
hingga aku rela mengalah saat kenyataan menudingku dengan kejam,
bahwa aku bukan yang terbaik untukmu.

Namun ....

Saat aku menatap jalan kita,
beserta semua mimpi yang aku lukiskan disana
Tiba-tiba ada sebuah lukisan yang menyadarkanku
Lukisan yang sederhana ...
Bukan lukisan yang aku lukis
Bukan lukisanku,
tapi melekat erat dan menjadi bagian dari lukisanku
Itu lukisanmu, lukisan mimpimu

Lebih teliti kulihat lukisan mimpi-mimpiku yang telah ada
Dan aku tertegun
Ada lukisan mu di semua lukisan mimpiku
Awalnya samar dan belum nyata
Namun terus berkembang dan menjadi semakin sempurna
seiring perkembanganmu

Kembali aku tertegun

Kenyataan menyadarkanku,
bahwa ada mimpimu di setiap mimpiku
Kau gantungkan mimpi-mimpimu kepadaku
Kau percayakan masa depanmu, saat ini, padaku
Dan aku harus bertanggung jawab atas itu

Panas mataku saat air mata mengalir
Saat aku tersadar
bahwa hampir saja aku merenggut mimpimu,
dengan mengakhiri mimpi-mimpiku
Saat aku tersadar betapa lemah dan egoisnya aku

Maafkan kelemahanku

Aku berjanji,
akan terus berjuang dan berdiri tegak
Mewujudkan mimpi-mimpi
Yang bukan hanya mimpiku, tapi juga mimpimu
Sampai tiba saatnya kau mampu
melukiskan mimpi-mimpimu sendiri
menjadi sebuah lukisan indah yang sempurna

Aku berjanji akan mempertahankan
apa yang telah kita lukis bersama
Mempertahankan mimpi yang kau percayakan padaku
Membimbingmu mewujudkannya
Mengangkatmu saat kau terjatuh
Membasuh lukamu hingga kau sanggup melangkah lagi
Hingga tiba saatnya kau mampu bermimpi sendiri

Kini aku sadar, bahwa ini bukan hanya mimpiku

Maafkan kelemahanku, aku hanya sangat mencintaimu,
melebihi hidupku ...


For my Jeanne Michelle
September 21th, 2012


Senin, 17 September 2012

Peluk aku, Tuhan ....


Peluk aku, Tuhan ....

Peluk aku sebentar saja ,
karena aku tak mampu menanggung semuanya
karena aku merasa duniaku gelap
karena aku merasa ada yang hilang

Peluk aku Tuhan,
karena aku merasa sangat sakit,
saat separuh hatiku terenggut dan hilang dari diriku

Peluk aku, Tuhan ..
Saat terpikir untuk mengakhiri semuanya
Saat aku putus asa
Peluk aku Tuhan,
Peluk dengan erat agar aku mampu bertahan.

Peluk aku Tuhan,
Kembalikan kehangatan cinta dan semangat dalam hidupku
agar aku mampu terus berjalan
atau paling tidak agar aku mampu bertahan.

Peluk aku Tuhan dan jangan lepaskan.




Senin, 10 September 2012

Kau Tahu, Aku Tidak Keberatan ....

".... each time I miss you, 
the star fall down from the sky.
So, if one day you looked up 
at the sky and found it dark,
with no stars......
it's all your fault.
Because you've made me
miss you too much....."


Aku tidak keberatan menatap langit yang gelap dan tak berbintang
Karena aku tahu, bahwa seseorang sedang sangat merindukanku
hingga bintang pun tak mampu bertahan di langit.

Aku tidak keberatan bejalan di malam yang gelap,
dimana langit kehilangan bintang-bintangnya
Karena aku tahu, bahwa seseorang sedang menungguku
dengan penuh cinta dan harapan
Menungguku untuk berjalan bersama
dan kembali menciptakan bintang-bintang

Aku tidak keberatan berhenti sejenak dan memelukmu erat
saat kakimu mulai ragu melangkah
Aku akan memelukmu dengan kehangatan cinta yang sama
seperti saat pertama kau raih tanganku untuk berjalan bersama
Hingga kembali kau langkahkan kaki dengan mantap di sampingku
menuju akhir dari jalan yang sedang kita lalui.

Aku tidak keberatan jika kau ingin menggenggamku lebih erat
saat kau rasa hempasan angin terlalu kencang
saat kau takut aku tertiup jauh, tanpa mampu kau rengkuh
saat kau tidak yakin aku mampu tetap bertahan di sampingmu
saat kau takut kehilanganku

Aku tidak keberatan meninggalkan semua kisah lalu kita
dan mengemasnya dalam sebuah kotak
Meninggalkannya di suatu tempat dan tak lagi membawanya
agar ringan langkah kita, menuju akhir cerita indah

Kau tahu, aku tidak keberatan ...
karena aku memang sungguh mencintaimu.

100912

Kamis, 30 Agustus 2012

"...aku menyukai Pagi..."


" ... aku menyukai Pagi ..."

Aku merindukan kalimat itu.
Lama kalimat itu tidak lagi dituliskan untukku.
Pernah ada masa dimana aku selalu menjadi Pagi-mu
Masa dimana aku selalu menjadi awal hari-mu
Masa dimana kau merindukan senyumku di Pagi hari
Masa dimana Pagi selalu menjadi saat berbagi tawa
Masa dimana Pagi selalu membawa bahagia

Hingga terlewatlah Senja, mengakhiri hari,
dan tak sabar kembali menanti Pagi.

Banyak kisah pernah tercipta saat Pagi
Banyak harapan digenggam bersama saat Pagi
Banyak impian dilukiskan saat Pagi
Hingga terucap janji untuk selalu tertawa bersama,
sampai tak ada lagi hitam di rambut kita.

Saat aku di sampingmu.

Langkah kaki membawaku jauh dari sisimu
Kehadiranku hanya melalui dunia maya

Hingga
Mulai tak ada lagi kalimat "...aku menyukai Pagi..."
yang tertulis untukku.

Apakah hanya sekedar karena kesibukan?
Apakah hanya sekedar masalah sedikitnya waktu?
Apakah hanya sekedar jarak?
Atau ...
Apakah aku tidak lagi menjadi Pagi?

Jangan berhenti menyukai Pagi
Karena disana masih tetap ada senyum, tawa, cinta dan bahagia
yang sama, seperti banyak Pagi yang telah kita lewatkan bersama.

Bersamamu, hari ini, esok dan selamanya.


...today, tomorrrow, and always
300812

Senin, 27 Agustus 2012

Dasar Sales



"Dasar Sales"

Kalimat yang sering aku dengar sejak pertama kali aku bekerja sebagai sales, tepatnya sales properti. Baik dilontarkan sebagai olokan, candaan, atau makian.

Memang kalau sales terus kenapa?

Bagi banyak orang, mungkin sales terkenal sebagai orang yang pandai bicara, bisa melakukan berbagai cara supaya barang dagangannya terjual. Atau, sales terkenal sebagai orang yang menerima komisi untuk setiap barang yang berhasil dia jual. Atau bahkan, ada yang memandang sales sebagai salah satu profesi yang tidak membutuhkan keahlian, cuma modal nekat dan mulut doang.

Mari kita mempersempit ruang lingkup tulisan ini dengan membahas Sales Properti.  

Bagi banyak orang, sales properti adalah kalangan yang bergelimang uang, borju, gampang menghamburkan uang, karena sekali terima komisi selalu jutaan (wajar, barang dagangannya juga ratusan juta).

Memang benar. Tapi baca dulu ya. Aku cerita sedikit tentang sales properti (bukan curcol).

Sales properti, adalah manusia yang hidupnya selalu diujung tanduk. "Nyawa" nya per 30 hari. Hajat hidupnya juga per 30 hari. Karena sales properti adalah orang yang selalu dikejar target (sama seperti semua sales di dunia ini), dan harus mencapai target yang tidak sedikit jumlahnya. Belum lagi tekanan dari managernya (yang sudah pasti juga ditekan oleh atasannya). Nasibnya ditentukan per 30 hari, dengan melihat target (yang biasanya bulanan) yang ditetapkan atasnya.

Barang dagangan sales properti terkadang adalah barang yang belum ada wujudnya, atau dalam bahasa kerennya dunia properti adalah "indent". Jadi sales properti harus bisa meyakinkan orang asing untuk mau mendengarkan impian-impian yang dibicarakan, janji-janji yang diobral dan sesekali pesona-pesona yang ditebarkan, sampai akhirnya orang asing tersebut percaya dan mau mengeluarkan rupiah yang tidak sedikit jumlahnya untuk membayar bukan rumah, tetapi hanya beberapa lembar kertas perjanjian yang mengikat kesepakatan jual beli. Istilah singkatnya jualan gambar.

Apakah sampai disini saja? Tentu tidak. Developer juga berusaha "mengikat" sales agar bertanggung jawab atas penjualannya, dengan cara memberikan prosedur yang tidak singkat untuk memproses komisi atas penjualan ini. Jadi, tidak langsung menikmati hasil dari jualan gambar tadi. Kadang harus menunggu lama. Namun tidak jarang juga tepat waktu.

Bagaimana dengan privasi?

Sales properti adalah orang yang tidak memiliki privasi. Sekali nomor ponsel atau pin BB dipublikasikan untuk keperluan penjualan, saat itu juga dia harus rela kehilangan privasinya. Bukan cerita baru kalau klien menelepon atau menghubungi di waktu-waktu yang aneh. Dan bukan cerita baru juga kalau klien marah saat teleponnya tidak diangkat atau BBM nya tidak dibalas. Resiko.

Waktu libur yang tidak lazim (hari biasa) juga sering menjadi kendala. Karena sales properti bekerja kebalikan waktunya dengan orang-orang lain. Hari libur, justru saatnya sales properti menuai rejeki. 
Lalu bagaimana dengan keluarganya? Bagaimana dengan kehidupan sosialnya? Karena lingkungan keluarga dan teman-teman sales properti tidak semuanya bekerja di bidang yang sama.
Libur di hari biasa, juga artinya harus merelakan hari libur yang berharga tersebut diganggu oleh urusan pekerjaan, karena bagian lain dalam perusahaan bekerja sesuai jadwal orang-orang pada umumnya.

Boleh mengeluh?

Jangan. Aku sarankan jangan. Karena akan ada kalimat yang sedikit tidak enak didengar. "Sales kan enak, sudah terima komisi" Seolah-olah komisi itu membuat segalanya sah-sah saja dalam kehidupan sales. Tapi, tolong diingt, komisi bukan segalanya. Dan komisi juga bukannya hal mudah yang di dapat sales.

Itu cerita tentang sales.

Tapi jangan berpikir, kalau menjadi sales itu begitu menyebalkan, kenapa aku bertahan sampai 8 tahun?

Hidup sebagai sales, ada senangnya juga (eits, bukan cuma pada saat terima komisi ya). 
Menjadi sales, berarti kita selalu memiliki kesempatan dan tantangan baru setiap hari, untuk menentukan pencapaian kita. Setiap hari ada kesempatan untuk terjadi penjualan. Setiap hari ada kesempatan untuk belajar mempertahankan penjualan agar tidak sampai batal. Setiap hari selalu ada kesempatan untuk belajar hal-hal baru yang dapat makin meningkatkan kemampuan menjual kita. Setiap hari, penuh harapan. Kalau hari ini gagal, masih ada esok yang bisa kita perjuangkan agar tidak gagal. Sebagai sales, kita sendiri yang menentukan, berapa pendapatan yang akan kita peroleh.

Bagaimana dengan himpitan target?

Target bukan suatu beban. Target adalah suatu cara, pendidikan tidak kasat mata, untuk membentuk kita menjadi pribadi yang sesalu setingkat lebih maju. Jangan senang dengan target yang diturunkan, tapi berbahagialah dengan target yang terus meningkat (tapi realistis ya). Dengan target, kita selalu memiliki arah yang jelas dalam bekerja. Jadi, target bukan beban.

Boleh jenuh?

Boleh saja, tapi aku sarankan jangan lama-lama, dan jangan berpikir untuk mudah menyerah dan bermaksud segera ganti profesi. Kita sendiri yang harus mampu mengendalikan mood kita, karena untuk sepenuhnya menekuni profesi sales properti, harus selalu didukung dengan semangat dan mood yang bagus. Kita tidak bisa mengharapkan orang-orang disekitar kita agar menjaga mood kita. Kitalah yang harus mampu melakukan itu.

Bagaimana dengan kesan borju?

Pernahkah terpikir bahwa penampilan termasuk salah satu modal utama bagi sales? Selain pembawaan, percaya diri dan kemampuan presentasi produk yang matang? Penampilan merupakan "pemanis' bagi sales untuk menjual produknya. Bukan yang utama, tapi perlu. Aku juga tidak setuju kalau sales dalam menjual hanya perlu penampilan yang menarik saja. Dibutuhkan kecerdasan. Makin mahal nilai barang yang dijual, makin berkelas klien yang mampu membelinya. Dan untuk menjaul barang seperti ini, dibutuhkan sales yang bisa mengimbangi cara berpikir kliennya, sekaligus harus representatif, dan mencerminkan barang dagangan yang dia jual. 
Jadi, wajar kalau sales properti menggemari barang-barang bagus yang bisa membuat penampilannya makin menarik. 

Tapi coba pertimbangkan tentang sebuah proses pembelajaran yang tidak pernah berhenti.

Sebagai sales, kita banyak mengenal karakter yang beranekaragam dari calon-calon pembeli. Sebagai sales pula, memungkinkan kita untuk selalu membuka pergaulan kita seluas-luasnya, selalu memperkaya wawasan kita, supaya kita bisa mengimbangi percakapan klien kita. Sebagai sales, merupakan sebuah proses belajar yang cepat, keras dan tidak pernah berhenti. Menjadi sales, berarti membiarkan diri kita terbentuk dengan sendirinya, melalui kejadian-kejadian dan pelajaran-pelajaran nyata yang kita alami setiap hari.

 

Sudah membaca tulisanku?

Sekarang, sambil tersenyum, silahkan bilang "Dasar Sales...."


Pelangi Di Bawah Naungan Langit





Aku titik air.
Aku bening dan tak berwarna.
Rapuh dan tak memiliki apa-apa.
Mudah terhempas dan hilang
Hanya menyelinap, tanpa disadari kehadirannya

Saat Langit mengulurkan tangannya,
menarikku ke sisinya,
membawaku ke dalam dekapan eratnya,
membalutku dengan sinar mentari yang hangat,
Saat itulah ...
Kebahagiaanku terpancar melalui semburat warna indah
Lembut dan samar, namun nyata keindahannya.
Saat itulah ...
Aku menjadi Pelangi

Bersama Langit,
Aku menghiasi lukisan kehidupan
Menambahkan warna-warni indah
Menorehkan lukisan ceria

Bersama Langit,
Aku memberikan sentuhan setelah hujan
Menghadirkan romansa indah di sela hawa dingin 

Bersama Langit,
dan hanya bersama Langit.

Tapi ...
Jangan selalu memandangku sebagai Pelangi
Jangan hanya menilai warna warni yang aku pancarkan
Jangan menginginkan tempatku berada
Jangan menilaiku hanya lewat sekilas pandangan mata

Pahamilah, 
Bahwa sebelumnya ...
Telah lama aku menjadi Titik Air
Telah lama aku terpuruk di dasar bumi yang paling dalam
Telah lama terhempas dan terlupakan
Yang hanya mampu menghadirkan suram dan dingin,
melalui hujan yang turun deras seiring air mataku.
Sampai Langit menarikku dalam dekapannya

Sekarang, aku adalah Pelangi
Yang indah dan ceria
Yang berwarna dan mampu menghadirkan bahagia
Yang aman berlindung di bawah naungan Langit
Yang menjadi indah dan bermakna karena dekapan Langit
Yang berwarna ceria karena belaian Langit 

Sekarang aku adalah Pelangi
Seperti yang kau lihat
Tapi pahamilah, bahwa aku juga pernah menjadi Titik Air,
yang bening dan tak berwarna,
yang tak mungkin kau lihat hanya dalam sekilas pandangan mata,
tanpa kau pahami. 

Aku bahagia menjadi Pelangi
Langit adalah tujuan hidupku
Langit adalah masa depanku
Dan ...
Langit adalah bahagiaku.

Jadi biarkanlah aku, dalam dekapan Langitku.

270812





Rabu, 11 Juli 2012

Season Finale


Season finale - akhir dari serangkaian kisah.

Semua pasti memiliki sebuah akhir.
Kisah ...
Pekerjaan ...
Pertemuan ...
Tali kasih ...
Bahkan hidup sendiri memiliki sebuah akhir. Akhir dari segala akhir.

Akhir.
Seringkali menjadi suatu hal yang menakutkan.
Takut untuk menghadapi apa yang akan terjadi,
setelah babak ini berakhir.
Tidak siap ...
Merasa sendiri ...
Takut untuk memulai.

Banyak orang tidak dapat menerima sebuah akhir.
Apalagi sebuah akhir yang tidak adil.
Hanya berdasar keputusan sepihak.
Namun perasaan itu kian lama juga akan menghilang.
Sakitnya akan disembuhkan oleh waktu.

Pelarian
Kadang menjadi akibat dari sebuah akhir.
Lari dari sakitnya hati, setiap kali kenangan indah
dari sepenggal kisah itu, melintas di benak kita.
Pelarian
Karena setiap tarikan napas terasa berat dan meyakitkan.
Karena ingin semua siksaan ini segera berakhir.

Andai waktu dapat diputar kembali
Apakah yang akan dilakukan?
Diputar kembali menjauhi akhir?
Atau
Diputar jauh kedepan, melampaui semua siksaan,
akibat dari sebuah akhir?

Apapun yang akan terjadi dari sebuah akhir,
tidaklah mudah untuk melangkah maju
Butuh banyak keyakinan dan tenaga agar dapat berdiri tegak
Agar dapat terus melangkah
Berat, namun tetap harus dilakukan.

Karena waktu tak akan berhenti,
hanya karena sebuah akhir.

Hidup tetap akan berjalan, walau tak akan lagi sama.
Karena semua baru akan benar-benar berakhir,
jika hidup kita telah berakhir.

Dariku yang mencoba tersenyum menerima akhir yang kamu inginkan.
110712

Rabu, 04 Juli 2012

Tuhan, Berikan Aku 36 jam Sehari.

"Mama mau kemana? Mama kan baru pulang?"

Kalimat yang keluar dari mulut mungil putriku, saat dia membuka mata pagi ini. Masih di antara mimpi dan sadarnya. Saat dia melihatku telah rapi dalam baju kerjaku.

Tertegun; antara kaget dan merasa bersalah.

Banyaknya hal yang sedang aku jalani di kantor baru, membuatku sering harus pulang malam dan pergi pagi-pagi sekali. Selain jarak yang bertambah jauh, juga banyaknya bidang yang harus aku tangani. Beberapa masih merupakan hal yang sangat baru, dan aku harus belajar banyak.

Tapi terlebih dari semua itu, aku membutuhkan suatu hasil nyata dari tingginya harapan yang ditetapkan orang atas diriku.

Banyak yang mengatakan padaku bahwa aku harus memberi pengertian pada putri kecilku, kalau sekarang keadaan sudah berubah. Kantor baru, jarak yang jauh, kemacetan, makanya aku harus pergi pagi dan pulang larut malam. Sudah. Aku sudah melakukan itu. Tapi bagi putri tunggalku, itu tidak masuk di akalnya. Cara berpikir anak usia lima tahun-nya belum memungkinkan untuk menerima hal baru ini secepat itu.

Aku tidak akan memaksanya menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kami. Tapi aku juga bukannya membiarkan putriku tumbuh menjadi anak yang manja dan tidak mandiri. Bukan. Aku pasti akan mendidiknya menjadi gadis yang tegar dan mampu bertahan menghadapi apapun. Hanya saja aku sering merasa bersalah, karena keputusan yang aku ambil, telah membawanya memasuki kehidupan yang seharusnya tidak dia alami.

Aku bukan mama yang sempurna. Aku telah menorehkan banyak luka di masa kecilnya. Aku telah membawanya dalam kehidupan yang tidak ideal. Tapi saat ini, hal itulah yang aku pikir adalah hal terbaik baginya, dan bagiku. Aku tetap menginginkannya tumbuh dan berkembang sempurna dalam keterbatasan keadaan ini. Rasa bersalahku, membuat aku ingin melakukan lebih dari apa yang aku lakukan saat ini. Membuatku selalu merasa aku masih kurang dan belum melakukan apa-apa bagi putri kecilku.

Aku berusaha keras membagi sisa waktu yang aku miliki dengannya. Berbagi cerita, dan tawa. Walau itu hanya sesaat sebelum dia terlelap, atau sesaat di pagi hari, sebelum kami menjalani aktivitas kami masing-masing. Tetap saja itu sangatlah kurang. Kelelahan menjadi musuh utamaku. Namun setiap kali aku dengar rengekan manjanya saat aku meninggalkan rumah, atau saat kami bercakap-cakap di telepon, di sela waktu makan siangku, membuatku merasa sedih. Kehadiranku di sisinya sangatlah kurang.

Aku tidak mengeluh mengenai apa yang telah aku pilih. Aku hanya menuliskan apa yang aku rasakan pagi ini.
Jadi, Tuhan, mungkinkah aku punya 36 jam dalam sehari?

040712

Jumat, 29 Juni 2012

Surat untuk Langit



Aku, titik air.
Dan Langit selalu merupakan tujuanku.
Tujuan terakhirku, sebelum aku jatuh kembali ke tanah.

Aku, titik air.
Dan Langit-lah tempatku menjelma menjadi Pelangi
Tempatku tinggal dan memancarkan keindahan.
Bersama Langit, aku memadukan warna-warna indah.
Warna Langit, dan warna Pelangi
Bersama Langit, aku memiliki arti.

Namun ...
Saat ini entah mengapa ...
Aku hanya mampu berubah menjadi awan.
Menutupi keindahan Langit.
Menghalangi sinar matahari yang dipancarkan di Langit.
Meniadakan Pelangi.

Aku, titik air.
Aku membutuhkan sinar matahari dari Langit-ku,
agar aku dapat berubah menjadi sesuatu yang indah ...
Agar aku dapat membagikan kebahagiaan ...
Agar aku dapat memiliki arti ...
Agar aku dapat menjadi Pelangi.

Aku, titik air.
Dan saat ini aku sedang risau ...
Karena aku hanya mampu menjadi awan.

Maka, kutulis Surat untuk Langit-ku;

Langit-ku,
Aku tahu kau pasti akan selalu berusaha membagikan sinar matahari,
Yang akan merubahku menjadi Pelangi  ...
Yang akan merubahku menjadi indah ...
Yang akan merubahku menjadi sesuatu yang berarti.

Namun saat ini ...
Banyak titik air yang kubawa saat aku menuju Langit.
Susah payah kucoba tinggalkan ...
Jauh di bumi, tak mengikuti langkahku menuju padamu, Langit-ku.
Ada yang tertinggal, hilang meresap ke tanah.
Namun beberapa ada yang masih mengikutiku.
Hingga ...
Pada saat aku sampai di Langit, entah mengapa,
aku berubah menjadi awan.

Langit-ku,
Saat ini aku menjadi awan.
Aku menutupmu ...
Aku menghalangi pancaran sinar matahari yang ada padamu ...
Aku menghapus warna cerahmu.

Langit-ku,
Risau yang aku rasakan, lama kelamaan berubah menjadi ketakutan.
Takut kau tak lagi menerima kehadiranku yang sekarang :
Awan.

Maka terkadang ...
Aku berbalik kembali ke bumi sebelum sampai di dekapanmu.
Aku kembali menjadi titik air, dalam hujan.
Kembali ke bumi, menunggu sinar matahari mengantarku kembali ke Langit.
Menunggu sinar matahari yang kau bagikan, merubahku menjadi Pelangi.
Menunggu agar aku dapat menjadi sesuatu yang indah, dalam dekapanmu, Langit-ku.

Langit-ku,
Cemas aku memikirkan semua ini.
Aku takut kau lelah ...
Aku takut kau jenuh ...
Dan aku takut pada akhirnya kau akan menyerah ...
Melakukan semua usahamu, merubahku menjadi Pelangi.

Langit-ku,
Kumohon jangan hentikan usahamu
Karena aku tak mungkin menjadi Pelangi, tanpa semua itu.
Tak mampu aku menjadi indah tanpa belaian sinar matahari darimu.
Tak mampu aku menghadirkan warna-warna indah tanpa cerahnya dirimu.

Langit-ku,
Aku membutuhkanmu.


29-06-12






Selasa, 05 Juni 2012

Penghangat Hari

Hari ini Jakarta mendung dan dingin.
Hari tanpa matahari.
Namun apa yang aku dapat saat membuka email pagi ini, ternyata dapat menjadi Penghangat Hari.
Sebuah video singkat, ringan, namun menyampaikan sesuatu yang dalam maknanya.

A Sweet Love

I don't pretend to know
what Love is for everyone,
but I can tell you what is  for me.

Love is knowing all about someone
and still wanting to be with them
more than any other person.

Love is trusting them enough
to tell them eveything about yourself
including the things you might be 
ashamed of,
but still getting weak in the knees
when they walk into the room
and smile at you.


This is why ...
Whether we are together or apart,
you will always be
the most important person in my life.


Because for me ...
Love is You.

050612

Senin, 04 Juni 2012

Langit dan Pelangi



Kau memanggilku Pelangi
Karena katamu aku memberikan warna dalam hari-harimu
Karena katamu aku membuatku tak bisa memalingkan mata saat menatapku
Karena katamu aku membuatmu selalu ingin menyentuh, mendekap dan memilikiku

Pelangi itu indah ...
Sangat indah.
Dan aku tersanjung saat kau memanggilku Pelangi
Terharu saat kau mengucap syukur pada Tuhan,
yang telah mengirimkan pelangi bagimu
Merasa sangat berharga saat kau menyamakanku,
dengan salah satu ciptaan yang terindah

Tapi tahukah kamu ...
Mengapa kau melihatku serupa dengan Pelangi?
Karena kamu.

Kamu membuat aku mampu memancarkan segala hal indah dalam diriku
Kamu menghiasi hidupku dengan cinta dan tawa, hingga aku mampu memancarkan bahagia
Kamu membuatku merasa berharga, sehingga aku mampu membiaskan warna-warna indah
Karena kamu ...
Membuatku selalu merasa dicintai, diingini dan dihargai

Aku, Pelangi yang berasal dari titik-titik air yang rapuh
Namun karena kau bagikan sinar matahari yang kau miliki
Maka aku mampu membiaskan semburat warna yang sangat mempesona
Maka aku menjelma menjadi sesuatu yang indah
Sesuatu yang lebih berharga dan dapat memberikan makna bagi sesama

Aku memanggilmu Langit.
Langit-ku.


Tanpamu, Langit-ku, aku hanyalah titik-titik air
yang rapuh dan tak akan melekat dalam kenangan setiap orang
Tanpamu, Langit-ku, aku hanyalah titik-titik air yang bening tak berwarna, tak bermakna
Tanpamu, Langit-ku, aku hanyalah titik-titik air yang siap jatuh lagi ke bumi,
tanpa sempat menjadi indah.

Aku memanggilmu Langit.
Karena Langit,
Tempat Pelangi memancarkan segala keindahannya
Tempat Pelangi menghiasi semesta dengan kehadirannya
Tempat Pelangi berbagi warna-warna ceria yang dimililikinya
Tempat Pelangi menghilang setelah habis masanya

Aku memanggilmu Langit.
Karena Pelangi tak mungkin terbias sempurna tanpa Langit
Sama seperti aku,
yang tak mampu hidup bahagia tanpamu.

Aku memanggilmu Langit,
Karena Langit-lah tempat yang aku tuju saat aku masih berupa titik air
yang tak berharga, untuk menjelma menjadi Pelangi
Sama seperti aku,
yang tak menuju tempat lain selain hatimu,
sebagai tempat terakhirku.


040612










Rabu, 30 Mei 2012

Mimpi

Setiap orang memiliki mimpi.
Mimpi yang benar didapat saat terlelap, atau berupa sesuatu yang dia inginkan didapat atau terjadi dalam hidupnya.
Aku?
Jelas aku memiliki mimpi. Banyak.
Kalau ditanya apakah yang menjadi mimpiku, akan bermacam-macam jawabannya. Berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu dalam kehidupanku.
Aku pernah bermimpi menjadi seorang putri yang memiliki hidup indah bagai dongeng.
Itu pada saat aku berusia lima tahun.
Aku pernah bermimpi menjadi seorang gadis muda yang disukai semua orang.
Itu pada saat aku berusia belasan tahun.
Aku pernah bermimpi menjadi seorang wanita karier yang berhasil.
Itu pada saat aku berusia duapuluh tahun.
Aku pernah bermimpi menjadi seorang ibu rumah tangga yang bahagia.
Itu pada saat aku berusia akhir duapuluhan.

Bermacam-macam mimpi pernah aku impikan. Berbagai jalan pernah aku tempuh untuk mencapainya. Beragam pengalaman pernah aku dapatkan.
Tercapaikah?
Ya, sebagian pernah aku rasakan, pernah aku capai, walau belum seutuhnya.
Aku masih merasa bahwa mimpi-mimpiku masih terus berubah.

Bulan ini, aku mengambil suatu keputusan besar dalam hidupku. Keputusan yang harus aku imbangi dengan mengorbankan segala kenyamanan yang selama ini aku miliki.
Aku memutuskan untuk hidup mandiri, lepas dari bayang-bayang orang lain. Menjalani hidup yang lebih berat dan memerlukan lebih banyak usaha dan perjuangan.
Demi apa?
Aku mengejar salah satu mimpiku. Tapi ini juga masih terasa samar. Mimpi apa?

Banyak orang yang menganggapku aneh, dengan mengambil keputusan ini. Banyak yang berpendapat kenapa aku justru melawan arus.
Banyaknya pertimbangan, kadang membuatku ragu.
Bahkan pada saat aku sudah mengambil keputusan dan tak bisa lagi berbalik, ada rasa menyesal, takut kalau apa yang aku pilih ini salah.

Pagi ini dalam perjalanan panjangku mengejar mimpi baru yang sedang aku jalani, aku mendengarkan salah satu lagu lama Flying Without Wings, dimana ada satu kalimat syairnya yang cukup membuatku berpikir. "...you've got to fight for every dream..."
Fight?
For every dream?
Apa sebenarnya yang menjadi mimpiku?
Bagaimana aku harus fight, kalau aku juga masih samar dan terus berubah mengenai mimpiku?
Sekali lagi aku ulang lagu itu. Tiba-tiba ada syair lain yang menyita perhatianku "...some find it (their dream) in the face of their children" 
So simple.
But so true.

Aku melihatnya setiap hari. Aku terbangun dan membuka mataku dengan melihatnya. Bahkan saat aku memejamkan mataku, aku tetap melihatnya. Melihat mimpiku.
Mimpiku, dapat aku lihat dalam keceriaan yang tergambar di wajah anakku.
Mimpiku, dapat aku dengar dalam keceriaan suara anakku.
Mimpiku, adalah hidup yang lebih baik untuk anakku.

Baru aku sadar, bahwa sebenarnya yang aku kejar, bukan akhir dari mimpiku. Bukan mengejar kebanggaan atau menjadi siapakah aku. Mimpiku adalah memastikan bahwa anakku memiliki masa depan yang cerah. Karena semua yang aku perjuangkan selama ini selalu berakhir ke satu titik: demi anakku.

Mimpi ....
Sesuatu yang menyemangati hidup kita.
Sesuatu yang meringankan langkah kita yang kadang terseok atau merasa berat.
Bersyukurlah kalau kita mengetahui apa yang sebenarnya menjadi mimpi kita.
Sehingga arah dan langkah hidup kita menjadi jelas.

End of May, 2012


Rabu, 14 Maret 2012

Pagiku


Ada yang berbeda pada Pagiku ...
Banyak mendung ...
Tak ada kehangatan mentari ...
Dan enggan menampilkan pelangi.

Aku merindukan Pagiku ...
Pagi yang selama ini selalu menyambutku
Mendampingiku ...
Dan bergulir seiring waktu menjadi Siang, Senja dan Malamku

Pagiku sedang kelabu
Mungkin karena banyaknya badai yang singgah
Mungkin karena banyaknya hujan yang turun
Mungkin karena banyaknya petir yang menyambar
Membuat Pagiku kelabu dan enggan memancarkan segala
kehangatan dan keindahannya.

Aku tahu,Pagi itu bukan hanya milikku
Pagiku, juga milik banyak orang
Pagiku, juga menjadi pagi bagi bayak orang
Pagiku, juga menjadi harapan bagi banyak orang

Aku tidak menuntut Pagi hanya menjadi milikku
Aku tidak menuntut Pagi harus selalu ada bagiku
Aku tidak menuntut Pagi hanya memandangku
Aku tidak menuntut apa-apa dari Pagiku

Hanya saja ...

Bolehkah aku berharap, Pagi selalu tersenyum padaku
dengan segala kehangatannya ...
dengan segala warna indahnya ...
dengan segala keceriaannya ...
dan dengan segala cintanya ...

Bolehkah aku berharap, Pagi mau sedikit berbagi denganku
Semua mendung yang menggelayutinya ...
Semua badai yang menghampirinya ...
Semua hujan yang mengguyurnya ...
Semua petir yang menggelegar ...

Walau ...
Aku tak mungkin mampu menghilangkan mendung
Aku tak mungkin mampu menghalau badai
Aku tak mungkin mampu menghentikan hujan
Aku tak mungkin mampu meredam gemuruh petir

Namun ....
Aku mampu menghangatkan Pagi
Aku mampu menceriakan Pagi
Aku mampu mewarnai Pagi
dengan segala cinta yang aku miliki

Dan aku akan melakukan segalanya
Untuk mengembalikan Pagiku, kembali seperti semula
Aku akan melakukan segalanya
Untuk membuat Pagiku kembali hangat dan ceria

Karena, aku sangat membutuhkan Pagi


Untuk secercah senyum Pagiku, disaat aku mengganti "menu sarapan"mu
140312

Sabtu, 10 Maret 2012

Chapter 9


Tanganku membalik halaman bukuku.
Chapter 9
Sejenak aku tertegun dan menghitung waktu.
Benarkah sudah memasuki Chapter 9?
Tak terasa ...

Ada rasa takjub ...
Ada rasa rasa tak percaya ...
Ada rasa haru dan bahagia ...
Namun lebih banyak rasa syukur ...

Syukur bahwa kisah ini,
masih dapat terus kutuliskan ...
Syukur bahwa perjalanan ini, 
masih terus kulanjutkan ...

Serasa baru kemarin ...
Aku memberanikan diri membuka sebuah buku
Buku yang baru ...

Serasa baru kemarin ...
Aku menutup buku usangku
dan meletakkannya di sudut hatiku
tanpa mau membukanya kembali.

Hari demi hari berjalan begitu cepat ...
Jemariku lancar menorehkan kisah indah
dalam buku baruku
Tanpa lelah dan jemu
Karena bahagia dan tawa adalah bahasa 
dalam kisah baruku
Karena cinta dan kasih adalah warna tinta 
yang kugoreskan di buku baruku

Kadang memang ...
Jemariku sedikit tesendat
Seakan tak mampu menulis
Namun itu hanya sesaat ...
Saat aku sedikit tidak memahami bahasanya
Saat aku sedikit tidak memahami warna tintanya

Namun itu hanya sesaat ...
Karena keinginanku kuat untuk terus menulis
Untuk terus menggoreskan tinta indah
Untuk melengkapi kisah bahagia ini

Kisah ini begitu menakjubkan ...
Aku ingin membagikannya kepada setiap orang
Yang bisa mengerti arti tulusnya cinta
Yang bisa menghargai kasih dalam kesederhanaan
Yang bisa memandang indahnya sebuah perbedaan

Tetapi ...
Tidak kepada mereka yang selalu memalingkan muka
Tidak kepada mereka yang selalu memandang sinis 
Tidak kepada mereka yang selalu berburuk sangka
selama perjalananku menuliskan buku ini

Apapun yang kualami selama aku menulis bukuku
Apapun yang menghambat saat jemariku menorehkan tinta
Jangan kausimpulkan sebagai akhir dari kisah ini

Karena ....

Dari awal aku yakin
Dari awal aku percaya
Bahwa kisah yang sedang aku tulis ini
Adalah sebuah kisah yang indah
Sebuah kisah yang layak kubagikan kepada setiap orang
Sebuah kisah yang berakhir bahagia

Bukuku semakin lengkap
Kisahku semakin menarik
Ceritaku semakin beragam
Bahagiaku semakin terasa
Saat jemariku mulai menorehkan kisah
di Chapter 9

Banyak nama mulai kugoreskan
Banyak cinta mulai kutorehkan
Banyak pengetahuan mulai kutuliskan
Banyak bahagia mulai kulukiskan
di Chapter 9

Chapter 9
Tanpa terasa telah mengubahku
Tanpa terasa mulai mendewasakanku
Tanpa terasa mulai mengarahkan hidupku
Tanpa terasa mulai menghapus luka-lukaku

Penuh semangat kugoreskan tinta
Penuh harapan kutuliskan kata demi kata
Penuh doa kurangkaikan kisah
di Chapter 9 pada buku baruku

Karena aku yakin akan suatu akhir bahagia
dari kisah indahku.

Untukmu, yang menuliskan buku ini bersamaku
100312



Jumat, 09 Maret 2012

Aku Sedih untuk Hatimu


Sesuatu yang tak asing tergeletak sendiri ...
Di tengah hamparan pasir panas ...
Di tengah teriknya sengatan matahari ...
Di tengah hembusan angin kencang ...

Itu sebuah hati!

Penuh tanya kuhampiri hati itu.
Kudekati ...
Terasa tidak asing ...
Kupandangi dengan seksama ...
Aku merasa mengenalnya.

Hati itu begitu menderita.
Panas, kering dan hampa.
Sendiri di tengah hamparan pasir yang kejam menyiksanya.

Aku mendekatinya
Mencoba mengenalinya
Terkejut ketika aku akhirnya tersadar ...

Itu adalah hatimu!

Terlintas kembali semua perkataanmu
Terlintas kembali semua tingkah lakumu
Terlintas kembali semua usahamu
Semua ...
Semua yang kau lakukan untuk merampas bahagiaku,
dan menghapus tawa dari hari-hariku.

Bagai sebuah film semuanya melintas di benakku
Bagai sebilah belati menyayat hatiku di setiap ingatan itu
Bagai cambuk yang menghentakku di setiap rekaman perkataanmu
Bagai pulukan yang menghujam ulu hatiku saat kuingat
semua perlakuanmu

Teringat kembali betapa kau berdiri begitu tinggi ...
sementara aku terpuruk menangis dan hancur
Teringat kembali betapa kau begitu kuat ...
sementara aku lemah tak berdaya karena terluka

Serasa tak percaya kupandangi hatimu.
Tergeletak sendiri ...
Merasa panas dan kering ...

Masih kupandangi hatimu.
Kulihat dengan seksama
Namun pandanganku tak dapat jelas memandangnya.

Lalu kucoba menanggalkan semua rasa benci akan dirimu
Kucoba melihatnya dengan rasa yang lain,
dengan cinta dan kasih
Dan perlahan, pandanganku mulai jelas
Aku tersentak akan apa yang kulihat ...

Hatimu menangis!

Hatimu tidak bahagia ...
Hatimu hampa ...
Hatimu lelah berpura-pura ...
Hatimu menginginkan cinta ...

Karena itukah kau membenciku?
Karena itukah kau begitu ingin melihatku hancur?
Karena itukah kau tak sanggup mendengar tawaku?
Karena itukah kau berusaha keras menyakitiku?

Aku sedih untuk hatimu ...

Ternyata hatimu begitu menderita ...
Ternyata hatimu begitu kering dan kesepian ...

Aku sedih untuk hatimu ...

Karena kau tak bisa membuat hatimu merasakan bahagia.
Karena kau tidak bisa membuat hatimu merasakan cinta.

Karena kau memaksa hatimu ...
Karena kau terlalu banyak memasukkan kebencian dalam hatimu.

Aku sedih untuk hatimu ...

Yang begitu kering dan panas ...
Yang begitu hampa ...
Yang memiliki banyak luka ...

Aku sedih untuk hatimu ...

Melebihi segala kesedihan akibat perbuatanmu padaku
Melebihi segala kesedihan akibat perkataanmu padaku
Melebihi segala kesedihan akibat upayamu merampas bahagiaku
Aku sangat sedih untuk hatimu.


Berhentilah berpura-pura ...
Jujurlah ...
Sebelum hatimu benar-benar hancur,
dan tak dapat kau satukan lagi.

Berhentilah berpura-pura ...
Kasihanilah hatimu.


090312

Hati Seorang Ibu

Pernahkah mengukur luasnya samudra?
Betapa luasnya ....
Namun, samudra tetaplah bertepi.

Pernahkah mengukur dalamnya lautan?
Betapa dalamnya ...
Namun, lautan tetaplah berdasar.

Pernahkah mengukur luasnya cakrawala?
Terbetang luas ...
Melebihi segala samudra yang bernaung di bawahnya.
Namun, cakrawala tetap berbatas.

Terbayangkah luasnya hati seorang Ibu?

Begitu luas ...
Menghampar tanpa ujung ...
dan tak berbataskan apapun.
Begitu dalam ...
Tanpa bisa dicapai dasarnya.

Karena ...

Hati seorang Ibu hanya tahu satu hal :
Mencintai tanpa mengharap kembali.

Hati seorang ibu hanya yakin satu hal:
Bahagianya adalah dengan melihat
bahagia orang-orang tercintanya.

Hati seorang ibu adalah permata bagi setiap doa
yang tak pernah lelah terucap dari bibirnya.
Doa bagi semua yang dicintainya.
Doa bagi segala kebaahagiaan orang-orang tercintanya,
melebihi bahagianya sendiri.

Hati seorang Ibu ...
Terluka namun tetap setia ...
Tersakiti namun selalu mampu memaafkan ...
Tersiksa namun tetap tekun berdoa ...

Hati seorang Ibu ...
Selalu ada untuk orang lain, selain dirinya.

Happy Belated Birthday, Mom.
010312

Langitku



Langit ...
Tempat yang luas dan tanpa terbatas
Tempat dimana awan lembut berkejaran
Tempat dimana pelangi sesekali singgah
Tempat dimana rinai lembut hujan berasal

Aku suka menatap langit.
Karena banyak hal indah tersirat padanya.
Karena luas dan tak terbatas,
seolah mampu menampung segalanya.
Segala tawa, cinta, harapan, bahkan gundah, gelisah dan air mata.

Langit ...
Selalu apa adanya
Selalu berbeda setiap hari
Selalu tak bisa ditebak
dan yang pasti, langit tidak dapat menampilkan kepalsuan
Langit selalu tulus.

Aku sangat beruntung.

Aku memiliki Langit sempurna yang menaungi dunia kecil milikku.
Aku memiliki Langit yang selalu menjagaku
Aku memiliki Langit yang selalu dapat menikmati canda tawaku
Aku memiliki Langit yang selalu dapat menghapus semua air mataku
Aku memiliki Langit yang dapat menangis atau tertawa bersamaku.

Karena itulah ...
Banyak keindahan dapat dilihat pada Langitku:
Cerahnya cahaya matahari ...
Birunya yang bening ...
Pelangi ...
Awan putih lembut ...
Atau bahkan mendung dan rinai hujan.

Langitku hanya milikku.
Karena Langitku mencintai aku dengan segala yang ada padaku ...
Mencintai aku dengan seluruh nafas hidupnya ...
Langitku berusaha menaungi dunia kecil milikku dengan sempurna.
Menjadikannya indah.

Langitku bukan milikmu.
Jadi biarlah dia mencintaiku dengan caranya.
Jangan kau sakiti Langitku ...
hanya karena dia menjadikan duniaku indah.
Jangan kau sakiti Langitku ...
hanya karena kau tak memilikinya.
Jangan kau sakiti Langitku ...
hanya karena kau benci melihatku bahagia dan penuh cinta.

Mungkin menurutmu,
Langitku tidak sempurna.
Tapi percayalah, aku tidak perduli dengan semua pendapatmu itu.
Karena aku bukan dirimu ...
Sempurnamu bukan sempurnaku.
Aku bahagia dengan Langit dan dunia kecilku.

Kalau kau bisa ikut menikmati bahagiaku,
maka kau akan bisa ikut melihat sempurnanya Langitku.
Kalau kau bisa ikut menikmati cinta yang kurasakan,
maka kau akan bisa melihat indahnya Langitku.
Kalau kau bisa ikut menikmati tawaku,
maka kau akan bisa melihat indahnya pelangi yang dihadirkan Langitku.

Namun bila tidak ...

Jangan salahkan Langitku.
Karena ...
Dia hanya ingin mendengar gelak tawaku,
bukan gelak tawamu.
Dia hanya ingin menatap kilau bahagia di mataku,
bukan di matamu.
Dia hanya ingin merasakan hangat cintaku,
bukan cintamu.
Buat langitku, bahagiaku adalah tujuannya,
bukan bahagiamu.

Biarkanlah aku dengan langitku.

Palingkan saja wajahmu, bila tak sanggup menatap
sempurnanya dunia kecil dan Langitku.

Berhentilah manyakiti Langitku,
Berhentilah berpura-pura,
Dan bukalah hatimu ...
Agar kau juga dapat menikmati indahnya cinta,
yang benar-benar sederhana, tulus dan apa adanya ...
seperti yang selalu dihadirkan Langitku buat dunia kecilku.

Aku bahagia dengan Langitku.
Jadi biarkanlah ...


Untukmu, Langitku.
100312

Selasa, 31 Januari 2012

Lilin


Senja seolah turun di jalanku, lebih cepat dari yang seharusnya.
Baru sejenak kurasakan pagi dan siang, yang cerah dan penuh warna,
warna dan harum bunga yang kutanam bersamamu.
Namun sekarang terasa remang-remang.
Senja yang datang terlalu cepatkah ini?
Atau hanya awan mendung yang sekejap menggelapkan jalan kita?

Segera kucari cahaya ...
Karena keremangan ini menakutkanku.
Karena keremangan ini membuatku tertinggal dari langkahmu.
Karena keremangan ini membuatku tak dapat menikmati
indahnya warna bunga yang kutanam bersamamu,
... di jalan kita.

Lalu aku teringat akan lilin kita.
Lilin yang kunyalakan belum lama bersamamu.
Lilin yang selalu menghangatkanku, saat dingin dan gelap menyapa.
Kuambil dan kupegang lilin kita dengan kedua belah tanganku.
Mengangkatnya cukup tinggi agar bisa menerangi jalan kita.

Keremangan itu perlahan mulai sirna,
walau belum menjelma menjadi terang.
Akupun dapat melanjutkan langkahku, menyusul dan mengimbangi langkahmu.
Namun mengapa rasanya berbeda?
Mataku dapat melihat, kakiku dapat melanjutkan langkah.
Namun mengapa terasa dingin?

Kuturunkan sejenak lilin kita.
Kupandangi dan aku tahu apa sebabnya.
Apinya mengecil ...
Apinya bergoyang nyaris padam karena hembusan angin.
Aku segera melindungi nyala api itu dengan tanganku.
Namun, aku hanya mampu menggunakan sebelah tanganku,
untuk melindungi api itu agar tidak padam.
Karena aku harus memegang lilin itu dengan tanganku yang lainnya,
agar aku terus dapat berjalan, mengejar dan mengimbangi langkahmu.
Kalau aku menggunakan kedua tanganku ...
Maka aku karus meletakkan lilin kita, dan berhenti melangkah.
Dan aku akan tertinggal olehmu ...

Aku ingin berteriak memanggil namamu, yang masih terus melangkah.
Hentikanlah sejenak langkahmu, dan palingkanlah wajahmu.
Berbaliklah menghampiriku ...
Aku memerlukanmu ...
Aku memerlukan sebelah tanganmu,
untuk melindungi nyala api kita.
Aku memerlukan sebelah tanganmu,
untuk menghalangi angin meniup nyala api kita.
Aku memelukan sebelah tanganmu,
untuk membuat nyala api kita kembali besar.

Berjalanlan berdampingan denganku ...
Bantulah aku menjaga nyala lilin kita.
Sampai keremangan ini berlalu ...
Sampai terang kembali datang ...

Aku tahu, dalam keremangan ini ...
Kita harus berjalan lebih lambat dari sebelumnya.
Kita harus berhati-hati melangkahkan kaki di jalan kita.
Kita harus lebih bersabar melalui jalan ini.
Namun ...
Aku percaya,
saat keremangan tergantikan oleh terang ...
Kita akan kembali dapat berlari dan bergembira bersama,
seperti yang sudah kita lakukan.

Karena itu ...
Berikanlah sebelah tanganmu, bantulah aku menjaga lilin kita.
Agar jangan hembusan angin ini memadamkannya.
Temani langkahku melewati keremangan ini.
Aku berharap ...
Keremangan ini hanya sesaat, dan segera berganti dengan terang.
Karena aku sudah tak sabar ...
Ingin segera berlarian penuh canda tawa bersamamu,
... di jalan kita.

310112