Jumat, 20 Januari 2012
Buku Usangku
Aku punya buku ...
Banyak cerita ada di dalamnya.
Aku ingin mengajakmu membacanya bersama ...
Hanya aku takut untuk memulainya.
Takut untuk mulai mengajakmu membacanya.
Karena ...
Buku ini aku tulis saat tak bersamamu.
Aku tulis dalam perjalananku yang telah lalu,
bersama orang-orang yang saat itu berjalan bersamaku.
Seringkali aku tuliskan buku ini,
diiringi derai air mata dan isak tangis.
Kadang juga sambil berbalut kebencian.
Walau kadang juga ada tawa dan bahagia.
Kadang aku ragu ...
Perlukah aku mengajakmu membacanya.
Perlukah aku membiarkanmu tahu semua lukaku.
Perlukah aku membuatmu ikut larut dalam kisahnya.
Namun senja itu,
tanpa sengaja kita membuka sampul bukuku.
Lalu perlahan kita membaca helai demi helai halamannya yang usang.
Hati-hati dan perlahan tanganmu membalikkan setiap lembarnya yang rapuh.
Perlahan dan pelan, kubacakan setiap kisahku.
Kadang ada senyuman menyertai suaraku ...
Kadang dengan susah payah kutahan jatuhnya air mataku ...
Kadang suaraku nyaris tak terdengar karena tercekatnya tenggorokanku ...
Aku ragu ....
Akankah kuteruskan membacakan kisah ini untukmu.
Aku takut ...
Kau mungkin berubah setelah kisah ini selesai kubaca.
Aku risau ...
Kau mungkin ikut terlarut di dalam kisah ini,
sepenggal kisah masa lalu.
Namun ...
Ketika aku melihat ke dalam mata teduhmu ...
Ketika aku merasakan hangatnya genggaman tanganmu ...
Ketika aku merasakan lembutnya belaianmu ...
Yang meyakinkanku bahwa kau tak akan berubah ...
Yang meyakinkanku bahwa semua itu hanya ketakutanku ...
Yang meyakinkanku untuk terus membacakannya ...
Aku memutuskan untuk terus membacanya.
Untuk membiarkanmu mendengar semua kisahnya.
Agar kelak tak ada luka di jalan kita.
Senja beranjak menjadi malam,
saat tanganmu dengan lembut menutup bukuku ...
Saat aku selesai mengucapkan kalimat terakhir dari kisahku.
Perlahan kau letakkan buku usang itu jauh di sudut hatiku.
Tidak kau buang, namun kau simpan di sudut yang aman.
Sekarang ...
Bersamamu aku membuka sebuah buku.
Buku yang baru, yang masih kosong.
Buku yang siap menerima segala torehan tinta.
Buku yang siap menerima segala tulisan yang kita rangkai,
menjadi sebuah kisah indah.
Buku usangku ...
Kisahnya tak mungkin aku hapuskan ...
Namun kisahnya juga tak mungkin kutuliskan lagi di buku baruku.
Buku usangku ...
Hanya akan aku jadikan sebuah pengingat,
agar aku tidak menuliskan kisah yang salah lagi,
di buku baruku, bersamamu ...
200112
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar