Jumat, 06 Januari 2012

Duri



Mudah mengawali tulisan ini karena aku rasa semua orang tahu bagaimana rasanya tertusuk duri. Mengejutkan, menyengat dan meninggalkan luka.
Duri, bentuknya relatif kecil namun tajam. Manfaat dari duri adalah untuk melindungi bagian rapuh dari benda yang ditutupinya dari gangguan dan serangan apapun. Bentuk perlindungannya adalah dengan menimbulkan rasa sakit bagi yang mencoba mengusik, supaya mengurungkan niatnya untuk mengganggu atau merusak.
Seringkali yang tertusuk duri adalah anggota badan kita yang memang sering kita gunakan untuk menyentuh beraneka ragam benda, seperti tangan dan kaki. Anggota badan yang memiliki cukup pelindung, agar tidak fatal bila terluka. Tetapi tetap saja akan ada luka, atau paling tidak rasa sakit apabila tertusuk duri.
Sejenak aku teringat ungkapan “hati rasanya bagai tertusuk duri” . Lalu terbayang, organ tubuh lembut itu, dan duri tajam yang mengenainya. Nyeri. Ungkapan ini rasanya tepat untuk menggambarkan rasa sakitnya.
Lalu terbayang ungkapan lain “duri dalam daging”. Terbayang pula apabila dalam daging kita ada sebuah duri. Pasti sangat tidak nyaman dan cenderung membuat luka bagi kita. Lagi-lagi ungkapan ini mengungkapkan tentang rasa sakit.
Sejenak terpikir olehku tentang rasa sakit yang ditimbulkan dari orang-orang, bahkan kadang teman atau keluarga. Sering aku tidak mengerti apa maksud mereka sebenarnya.Mengapa mereka menyakiti kita? Lalu terpikir olehku tentang DURI.  Awalnya yang mereka lakukan itu mungkin bukan duri, hanya semacam sampul atau pembungkus untuk menutupi sesuatu yang tak ingin di tampilkan. Sesuatu yang rapuh dan menandakan kelemahan. Namun, ketika gengsi dan harga diri pemiliknya terusik, sampul tersebut berubah menjadi duri, yang mampu menyakiti siapapun yang bermaksud mengusik kerapuhannya. Dan duri ini kadang tidak hanya diam ditempatnya, namun seringkali disebarluaskan untuk membuat semacam jaring pengaman. Semakin luas duri ini ditebarkan, semakin kecil dan tak berdayalah sosok yang bersembunyi di baliknya.
Kadang adapula yang bangga menjadi “duri” dalam lingkungan pergaulan. Bangga ketika bisa menyaksikan orang yang tak disukainya menderita rasa sakit. Semakin bangga ketika lawannya terpuruk, dan semakin tak mengenal ampun menusuknya. Tapi pernahkah terpikir, bagaimana bila rasa yang sama juga dideritanya?
Pernahkah terpikir, mengapa Tuhan menciptakan tumbuhan berduri? Dan pernahkan terpikir mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia berduri? Tumbuhan kadang perlu melindungi bagian terapuhnya dengan kekerasan. Karena itulah mereka berduri. Tapi tidak demikian halnya dengan manusia. Manusia lebih mulia, karena manusia memiliki akal budi dan yang terpenting manusia memiliki HATI. Tuhan ingin manusia tidak saling menyakiti dengan tujuan apapun. Apabila ada yang ingin dilindungi, maka Tuhan ingin manusia menggunakan hatinya serta akal budinya.
Aku sudah merasakan, yang namanya tertusuk duri, jauh lebih sakit apabila tertusuk duri dalam arti kiasan. Kalau jari kita yang tertusuk duri, hanya dalam hitungan menit, rasa sakitnya mungkin akan hilang. Tapi tidak apabila hati kita yang tertusuk duri. Perlu waktu bertahun-tahun untuk melupakan rasa sakitnya. Bahkan perlu kebesaran hati untuk memaafkan pembuat sakitnya.
Jadi, untuk apa kita menebarkan duri di sekeliling kita? Ingatlah bahwa Tuhan tidak ingin kita saling menyakiti, makanya Dia tidak menciptakan manusia berduri.

Selamat menikmati sejuknya sore ini. Tuhan Berkati
06012012

1 komentar: