Sejenak aku mengangkat kepala dari bacaanku sore ini. Suara putri kecilku pelan, tapi apa yang dikatakannya cukup membuatku terkejut. “ Mama, aku jatuh.”
Aku melihat ada darah dan banyak goresan luka di kaki mungilnya. Sebagai seorang ibu, perasaanku langsung terluka. Menyayangkan mengapa hal ini terjadi. Aku tahu, tak mungkin menjaga dan mengawasinya sepanjang waktu. Dan aku juga tahu, aku harus membesarkan hatinya, supaya pengalamannya terjatuh dari sepeda sore ini tidak menjadikannya trauma dan terus mau melanjutkan belajarnya. Sementara aku sedang berpikir kata apa yang akan aku ucapkan, berhati-hati supaya dia tetap berani, tiba-tiba dengan suara ceria dia melanjutkan “ Sudah ya Ma, aku cuma kasih tau Mama. Sekarang aku mau main lagi. Daahh...” Cepat sekali dia mengatasinya.
Ada banyak cara kita memandang “jatuh”. Baik itu terjadi pada diri kita, atau pada orang-orang yang kita cintai. Bukan rasa sakit dan luka sebenarnya yang menjadi landasan kekuatiran kita, melainkan bagaimana kita selanjutnya setelah “jatuh”. Atau terkadang kita justru sibuk menyesali kenapa dan karena apa kita bisa “jatuh”.
Begitupun dalam perjalanan kita mengejar kesuksesan, tidak jarang kita harus jatuh. Namun pelajaran dasar dari mengejar kesuksesan adalah belajar bagaimana jatuh tanpa terluka. Untuk naik ke atas kadang kita harus merangkak, bahkan jatuh terlebih dahulu. Namun jangan kita menghindari jatuh, karena jatuh mengajarkan kita banyak hal: memberi kita pengalaman bagaimana cara memulai dengan lebih baik, menempa karakter kita agar kita tidak mudah menyerah, mengingatkan kita akan kuasa Tuhan dan tidak mencoba mengerjakan segala sesuatu dengan kekuatan kita sendiri, serta yang terpenting adalah membuat kita tidak sombong saat berada di puncak.
Kita harus mampu kembali bangkit sesaat setelah kita jatuh. Seperti anak kecil yang selalu bangkit lagi setelah terjatuh dari sepedanya. Mengalahkan rasa takut akan rasa sakit setelah jatuh, mengalahkan rasa malu saat terjatuh dengan keinginan yang kuat untuk dapat melaju mengendarai sepeda mungilnya. Melaju menikmati terpaan angin di wajah mereka, diiringi gelak tawa kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar