Sabtu, 28 Januari 2012

Layang Layang


Aku menerbangkan sebuah layang-layang,
namun aku belum tahu bagaimana caranya ...
Karenanya saat angin besar datang, aku tak mampu
mengendalikan benang layang-layangku.
Hingga benang itu menggoreskan luka yang dalam di telapak tanganku.
Rasa sakit yang menyengat serta darah yang mengalir,
membuatku melepaskan peganganku,
dan membuatku kehilangan layang-layangku.

Aku hampir tak pernah lagi menyentuh layang-layang,
apalagi mencoba menerbangkannya.
Luka di tanganku belum sembuh benar.
Hanya mengering di permukaannya,
namun masih pedih dan berdarah di dalam.
Aku masih belum mampu melupakan rasa sakitnya.

Namun ...
Segalanya berubah.
Hari itu, saat aku berada di suatu pantai,
hembusan angin dan lembutnya pasir hangat di telapak kakiku,
membuatku tiba-tiba rindu dan ingin menerbangkan layang-layang.
Mencoba lagi ...

Kini aku sedang menerbangkan layang-layang ...
Layang-layang yang indah dan penuh warna.
Kali ini aku tarik dan ulur benangnya,
seirama angin sepoi yang menyapa.
Kali ini aku pegang erat gulungan benangnya,
sambil mengikuti arah angin yang berhembus.
Kali ini, aku belajar menjaganya ...
Agar tak perlu lagi tanganku terluka ...
Agar tak perlu lagi aku kehilangan layang-layangku.

Namun ada saatnya cuaca sedang tak bersahabat ...
Angin kencang kerap berhembus.
Menarik dan mengulur benang,
jadi tak seringan sebelumnya ...
Memegang erat gulungan benang,
menjadi suatu hal yang sulit ...
Mengikuti arah terbang layang-layangku,
jadi tak semudah sebelumnya ...
Tanganku belum terluka, tapi sudah mulai terasa berat.
Sambil terus mempertahankan benang pengendali layang-layangku,
aku bertanya dalam hati, mengapa angin begitu tak bersahabat ...

Aku hanya ingin menerbangkan layang-layangku.
Hingga mencapai tempat yang cukup tinggi ...
Hingga keindahan warnanya dapat dinikmati oleh semua orang ...
Hingga liukannya dapat membuat orang tersenyum saat memandangnya ...
Aku tak ingin berhenti menerbangkannya.
Aku tidak ingin kehilangan layang-layangku.
Tidak sekarang ...

Lalu aku sadar ...
Mungkin aku memang harus menerbangkan layang-layang ini,
bersamamu ...
Mungkin memang aku harus mengakui,
aku tak mampu menerbangkannya seorang diri,
tanpa dirimu ...

Namun kadang aku ragu ...
Apakah ada sedikit waktumu untuk sejenak menemaniku
menerbangkan layang-layangku.
Sementara ...
Begitu banyak layang-layang lain yang harus kau jaga.
Layang-layang lain yang harus kau terbangkan.
Aku ingin tahu, tapi tak mampu kubertanya.
Aku takut ...

Baiklah ...
Mungkin aku tak akan memintamu menerbangkan layang-layangku.
Namun ...
Palingkanlah sejenak tatapanmu,
ke layang-layangku ...
Ajari aku, bagaimana aku menerbangkannya.
Ajari aku bagaimana menjaganya,
saat tanganmu tak bisa,
menarik dan mengulur benang layang-layangku.
Aku tidak memintamu untuk memegang benang layang-layangku ...
Hanya saja ...
Tetap tinggallah di sisiku dan ajari aku.

Hingga saat layang-layangku mengudara,
dan meliuk dengan indahnya ...
Kau ada di sisiku, untuk menikmatinya.


280112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar